Mohon tunggu...
Siti Swandari
Siti Swandari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

terbuka, ingin bersahabat dengan siapapun dan dimana saja,with heartfelt wishes. gemini, universitair, suka baca, nulis , pemerhati masalah sosial dan ingin bumi ini tetap nyaman dan indah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dyah Ayu Sekar Arum

13 November 2018   18:55 Diperbarui: 13 November 2018   19:22 1236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Kepoan.com

Ternyata pekuburan ini luas sekali " Disini  hanya pak Diran sendiri yang membersihkan semua ? " tanyaku

"Tidak bu, ada 1 orang lagi, kita gantian, tapi pak Markum sudah tua, sering sakit, jadi  kadang diganti anaknya, ... " kita terus melaju perlahan.

"Didepan itu sepertinya perkampungan ya pak ?" tanyaku

"Iya bu, rumah saya disana, tapi masih masuk gang ,... " aku memperhatikan

"Itu bu, ada jalan belok kiri, nanti masuk, rumah bu Probo disitu " aku mengernyutkan alisku, Kennis juga memperhatikan dan memandangku.

Jalan kecil itu berbatasan dengan pekuburan, sebelah kiri pekuburan dibatasi jalan dan sebelah kanan tanah kosong "Terus saja bu, rumah bu Probo disana itu, ... "


Kulihat rumah itu lumayan besar, bangunan kuno, disekelilingnya ada pagar tanaman hijau yang cukup tinggi, kita behenti.

"Itu bu pekuburan pak Probo, ada satu  lagi yang dikubur disitu, katanya itu anaknya." Diran menunjuk suatu bangunan bagus terawat di pekuburan , tidak jauh dari jalan persis didepan rumah bu Purbo.

Aku berpandangan dengan Kennis, sambil memperhatikan pekuburan itu, dia menggigit bibirnya

"Saya kemarin sudah ketemu mak Solikah, sudah bilang kalau ada yang ingin  ketemu sama putrinya bu Probo, teman sekolah dulu, ... " Diran segera keluar dari mobil, menuju kepintu pagar rumah itu dan memukulkan gembok pintu kepintu pagarnya.

Tidak tampak seorangpun yang keluar, sepi sekali keadaannya, Diran memukulkan beberapa kali lagi gembok pagar itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun