"Eh, Put bener tuh ceritamu, kalau  tiga hari lalu kamu  ketemu sama pak Sarmo, yang sudah meninggal 3 tahun itu ?" aku mengangguk.
"Kamu kemudian ketemu Arum, anak dan suaminya juga, Â dirumah dekat pohon beringin itu juga ?" aku mengangguk
"Aku gak sendirian, aku bersama suamiku loh,..." kataku, kutoleh dia, kulihat dia bergidik.
"Kalau kamu takut, aku pergi sama misoa aja,... " kulihat dia termenung, termangu.
"Nanti dech, engkau kutelpon lagi, jadi enggaknya aku ikut" katanya, aku tersenyum mengangguk.
Kuantarkan Kennis sampai depan rumahnya, kita berpisah :" Telpon aku ya ?" dia mengangguk, kita saling melambai
Meskipun penasaran, agak terlupa beberapoa hari, karena banyak kesibukan,
Tiba-tiba hari Selasa  Kennis menelpon " Puteri, kamu ingat ibuku kan ?" aku tertawa
"Iyalah, kita dahulu kan sering dibikinkan dawet dan macaroni schotel oleh bu Harso, apa kabar beliau sekarang ?... " tanyaku
"Masih tetap dirumah lama,... " kita saling tertawa, bu Harso ibunda Kennis merupakan priyayi sepuh yang amat suka membuat aneka kudapan yang disuguhkan  untuk teman puterinya.
Ada saja kuliner yang disuguhkan pada kita jika kita main kerumahnya.