Kennis menatapku, beralih pada penjaga kuburan itu, diperhatikan dari atas kebawah.
Akupun memandang kaki penjaga kuburan itu, Â ternyata menapak ditanah, aku menggeleng, ternyata dia manusia, bukan sebangsa mahluk halus.
Karena katanya kalau mahluk halus, Â kakinya tidak menapak ditanah, konon karena kita masing berada pada dimensi yang lain.
"Maksudmu gimana Puteri ?" tanya Kennis lagi
"Ini pak Diran, anaknya pak Sarmo yang kemarin malam  kutemui dan menunjukkan rumahnya Arum,... ternyata pak Sarmo itu sudah meninggal 3 tahun yang lalu,..." Kennis terperangah
Kemudian pak Diran berceritera, memang ayahnya sudah meninggal 3 tahun yang lalu, dia heran jika tiga hari lalu aku bertemu dan malah ayahnya menunjukkan rumah Arum dibalik pohon beringin besar itu.
"Di balik pohon beringin itu tidak ada apa-apanya bu, tidak ada rumah disitu,..." kata Diran menegaskan, kita berbarengan melihat kearah pohon beringin itu.
Untuk membuktikan, aku ajak Diran masuk kedalam mobil dan kita menuju kearah pohon beringin itu.
Angin bertiup lembut, semribit  menerpa mukaku, aku hentikan mobil persis didepan pohon beringin , tidak tampak apa-apa, bahkan dibawah pohon itu lumayan bersih.
"Saya tadi baru menyapu didaerah situ bu, ... juga tidak ada apa-apanya,.. "
"Mmm, tidak pernah dengar tentang yang angker di pekuburan ini ?" tanyaku tiba-tiba, dia menggeleng.