Mohon tunggu...
Mutiara Amelia Sabrina
Mutiara Amelia Sabrina Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pelajar

Ikhtiar adalah jalan ninjaku

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | Reason

21 Januari 2020   20:38 Diperbarui: 24 Januari 2020   18:19 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Iya, saya akan ke UKS..", tentu Yuky memang tidak sehat karena kehujanan, terlebih karena sangat menyakitkan melihat seseorang yang kau... sukai pergi untuk gadis lain.

Saat di UKS, Yuky memilih bangsal paling ujung untuk beristirahat. Semua bangsal seperti biasa ditutupi dengan tirai putih. Baru saja kepalanya ditidurkan pada bantal, baru saja matanya tertutup, tapi seakan tidak diperbolehkan untuk tertidur, selalu ada yang mengganggu Yuky. Mulai cicak yang tiba tiba jatuh dari atas dinding, sampai kucing berantem dengan suara begitu keras diluar UKS sana. Yang terakhir dan paling menyebalkan adalah suara nyanyian lelaki dengan suara sumbang plus fales yang berpadu membiat gendang telinga Yuky hampir pecah.

Suara itu berasal dari bangsal sebelah. Dengan kasarnya Yuky membuka tirai, yang ia lihat adalah lelaki paling menyebalkan tiada tara! Ingin rasanya Yuky meneriaki didepan wajahnya agar ia sadar dengan suaranya.

"Kunto.. Kunto.. KUNTO!! "
Karena kesabarannya sudah tak bisa diandalkan, Yuky menarik earphone Kunto. Kunta yang saat itu tengah asyik mendengarkan lagu sontak terkejut melohat gadis berwajah mengerikan disebelahnya. Bahkan lebih megerikan dari hantu The Conjuring.

"Iya, iya.. biasa aja kali, muka lo tu kalau udah marah lebih jelek dari nenek lampir , bahkan lebih serem dari si Valak!"

Muka Yuky makin memerah, sudah tak tahan dengan amarah yang memuncak. Ia berdiri dan memukul bangsal Kunto dengan keras, hingga Kunto sendiri bergetar. Tenaga seorang perempuan memang bisa berkali kali bertambah jika ia marah. Apa lagi jika ia.. patah hati.


"Heh.. Kunti! Bisa gak sih lo diem sebentar aja! Gue tu lagi.. lagi.. Arrghh.."

Diluar dugaan, Yuky menutup tirai kembali. Menutupi wajahnya dengan rambutnya. Perasaannya yang amburadul kini membuat darahnya naik turun. Kadang ia bisa marah sampai asap keluar dari telinganya, tapi kadang pula air matalah yang keluar, seperti sekarang. Mata menahan air mata itu mengalir, ia menutup mata rapat rapat. Tapi bahkan itu tidak membantu sama sekali.

Kunto tahu apa yang terjadi. Sebenarnya, ketimbang teman temannya ia menjadi orang ke-3 lebih memahami bagaimana perasaan Yuky. Yang ke-2 Mocca , dan yang pertama adalah Yuky sendiri. Perlahan Kunto membuka tirai. Tidak bisa dipungkiri, isak tangis yang terdengar kecil itu tetap saja terdengar,terlebih hanya mereka berdua yang ada di ruangan itu. Ekspresi Kunto yang tidak pernah dilihat seorang pun. Ekspresi simpatik yang tinggi. Bahkan Yuky sendiri tidak pernah melihatnya.

"Ky.." kata Kunto lembut.

Ah.. tetap saja, lembut bukanlah gaya Kunto.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun