"Maaf ? "
Valerie setengah menunduk,sepertinya Valerie merasa lebih canggung. "Maaf karena gue udah bohong. Gue minta lo buat menghindar dari Mocca,padahal gue.. gu--gue.."
"Lo suka sama Mocca? Rie, gue gak apa apa kok, lagian gue gak ada hubungannya sama Mocca."
Valerie menatap langit, menghela nafas, seperti ada sesuatu yang mengikatnya lalu lepas begitu saja. "Fuhh.. gue kira lo bakal marah gara gara gue bohong kalau lo harus ngejauhin Mocca karna dia aneh dan 'misterius', padahal gue.."
Valerie menengok kembali menatap Yuky dengan tatapan serius,berusaha meyakinkan Yuky tentang suatu hal, ia melanjutkan perkataannya, "Padahal gue suka sama Mocca,sejak lama.."
Seketika Yuky terkejut, sebenarnya ia sudah menduga perkataan Valerie. Cup kopi ditanganya jatuh begitu saja tanpa sempat ia teguk. Darahnya berdesir, sepertonya sel sel otak Yuky berantakan. Tatapan Valerie seakan ingin mengatakan 'Mocca punya gue! Dan lo gak berhak ngerebut dia!'
"Ky, lo gak apa apa? Mau gue beliin lagi kopinya?"
"Eng--gak usah, lagian gue udah telat pulang sekolah, gue pulang duluan ya.."
Yuky pergi begitu saja dari hadapan Valerie. Fikirannya masih berantakan, ada apa dengannya? Mengapa dia terkejut? Bahkan ada 100 pertanyaan yang berkumpul dalam otaknya. Valerie melirik sedikit ke arah Yuky, ia melihat payung bermotif rasi bintang yang dijinjing jinjing Yuky sedari tadi. Saat bayangan Yuky menghilang dari tatapan Valerie, ekspersi ramah yang tadi ia berikan kepada Yuky berubah dingin. Cup kopi Yuky yang terjatuh diinjaknya . Lalu ia pergi.
-
Tapi sejak Hugo menyukai gadis populer di sekolah, dan mengetahui bahwa cintanya bertepuk sebelah tangan. Lagu 'Almost is Never Enough' menjadi lagu faforit yang ia mainkan dengan gitar. Lalu diam diam Yuky menyanyikan. Hugo dan Yuky mempunyai posisi yag sama, saat Yuky bertepuk sebelah tangan pada Hugo, Hugo bertepuk tangan pada gadis populer itu.