Yujy sontak berlari masuk ke dalam kamarnya san locat ke atas kasur lalu menyelimuti tubuhnya dengan selimut. Seakan akan ia baru melihat vampir di siang bolong. Ya, seharusnya dia tidak perlu sampai terkejut jika vampir setampan Mocca.
'Masalahnya lo dateng saat gue terlihat konyol banget, mau disimpen dimana muka gue?!?'Â Yuky bergumam bahkan sampai mengacak acak rambutnya.
"Gue cuma mau nagih payung gue yang lo pinjem kok,bukan mau nagih utang.." kata Mocca sambil tertawa tawa kecil.
Yuky sejenak berfikir,benar juga,seharusnya tadi di sekolah ia mengembalikan payung rasi bintang itu. Yuku langsung turun dari kasur dan berkaca,sedikit membereskan rabunya yang acak acakan lalu turun dari lantai 2 ke lantai 1. Ia membuka pintu rumah dan mendapati Mocca yang sidah berdiri tegap dihadapan Yuky. Sebelah tangannya dimasukan keaaku celananya, sedikit membungkukan badanya, alisnya sesikit terangakat. Biasanya Yuky benci melihat gerak gerik lelaki seperti itu,tapi entah kenapa sekarang Yuky sedikit terkesima melihatnya.sedikit.
"Ini!"
Payung itu ia kembangkan dan menyodorkan ganggannya tepat didepan batang hidung Mocca. Sama seperti cara Mocca saat memberikan payung itu pada Yuky.
"Ini caranya lo terima kasih?"
Yuky menganggukan kepalanya. Rasanya ingin menyakukan wajah didepan Mocca.
Lalu Mocca secara tiba tiba menarik ganggang payung itu. Tidak. Tidak hanya itu, ia menariknya sekaligus menarik tangan Yuky. Hingga wajah merwka bertemu begitu dekat dibawah payung berasi bintang itu. Bahkan wajah mereka hanya dijaraki oleh batang hidung keduanya. Yuky tak berkutik sedikit pun. Secara tiba tiba hujan turun begitu deras. Semua menjadi berwarna putih, seakan akan hanya ada mereka berdua. Mocca berkata,
"Ky, kita pernah ketemu?"
Lalu Yuky mengangguk," ya, terakhir kali waktu di sekolah.."
Darrrr!!!
Mendengar itu, Mocca sontak melepaskan tangan Yuky. Tatapan meewka berakhir seketika tepat saat petir menyambar.