Mohon tunggu...
Moh Ikhsani
Moh Ikhsani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Senang menulis topik sepak bola.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Cerita Negeri Kashmir

27 Juni 2022   14:09 Diperbarui: 11 Oktober 2022   09:46 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: istockphoto.com

"Cita-cita yang bagus. Tapi, alangkah baiknya kamu jadi dokter saja seperti ibumu. Biar kakakmu yang meneruskan Papa," balas Marcus.

"Mengapa aku tidak boleh jadi pemimpin seperti Papa? Mengapa harus Kak Lewis?" tanya Natasha dengan muka masam.

"Karena kamu perempuan, kamu harus lebih banyak di istana seperti ibumu." Jawab Marcus.

Malam semakin larut, Marcus meminta kedua anaknya untuk segera tidur. Sementara dia ke teras istana, malam itu pikirannya bercabang, persoalan proyek jembatan dan Ahriman masih hinggap di kepalanya.

Hana yang selesai membereskan meja makan, lalu keluar menghampiri Marcus. Dia melihat Marcus memegangi kepalanya, malam itu dia tahu apa yang sedang dipikirkan suaminya.

Di tengah malam yang dingin, berahi Marcus kembali muncul, dia peluk istrinya, lalu mencium bibirnya yang lembut. Malam itu, mereka kembali bercumbu, melampiaskan berahi yang sudah memuncak di teras istana dengan suara halilintar dan derasnya air hujan yang menemani mereka. Mereka pun tertidur pulas dengan rasa lelah di seluruh tubuh mereka.

Malam berganti pagi, sang surya mulai tampak dari tempat persembunyiannya, dan jeritan kuda di pagi itu berhasil membangunkan mereka yang masih terlelap dalam mimpi-mimpi.

Hana lalu bergegas membangunkan kedua putrinya untuk segera mandi dan berangkat ke sekolah. Sementara itu, perasaan Marcus seketika berubah setelah mendapat kabar dari Alex jika Penanggung Jawab Proyek telah ditangkap karena melakukan rasuah atas proyek pembangunan jembatan.

Pagi itu, Marcus sangat marah, dia merasa dikhianati. Namun di hadapan kedua anaknya, dia berusaha untuk tetap kepala dingin. Marcus sudah menduga sejak awal, pasti ada praktik main sabun di proyek jembatan itu, dan untuk kedua kalinya, tebakannya kembali benar. Dia serahkan kasus itu kepada meja hijau untuk memberikan hukuman.

Marcus benar-benar dibuat pusing menjalankan pemerintahannya di tengah cobaan yang datang silih berganti. Tapi dia sadar, dia harus bisa mengatasinya. Dia tidak mau membuat rakyatnya yang telah hidup damai dan sejahtera terganggu karena satu dan lain hal.

Dia berjanji untuk terus menjaga wilayahnya, memastikan para pelancong terus berduyun-duyun datang untuk menikmati secuil keindahan surga di bumi. Dia ingin lembaran dolar terus mengalir, karena dari merekalah roda perekonomian bisa berjalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun