Seratus tahun Pramoedya: pena yang lahir dari pembuangan tetap menyala, menyingkap luka sejarah dan menyalakan keberanian.
luka dan harapan pada kain bendera yang tak terbaca.
Masa yuwana, masa dimana detik-detik belum retak, ketika hati masih bening seperti embun pertama, dan dunia terasa mungkin untuk dicintai sepenuhnya.
Aku muak jadi orang baik jika ini takdir yang harus kutanggung biarlah aku baik bukan untuk dunia
Bagaimana orang bisa menjadi gila? apakah kegilaan adalah sebuah bentuk kelemahan manusia? ataukah cara mereka bahagia di dunia yang hanya milik nya?.
"poetic” dan “poetics”/”poetica” hanya terbatas pada penyair dan pembaca puisi, tetapi akhirnya tidak terbatas pada genre puisi saja.
Puisi tentang Guruku Tersayang, guru yang selalu memberi semangat kepada muri-muridnya
Sastra bukan sekadar kata indah, ia cermin hidup, suara hati, dan tempat kita pulang saat dunia terlalu bising. Yuk, kenali lebih dekat!
Kuliah Sastra Indonesia, emang cuma bisa jadi penulis aja?
Cerkak dibuat ketika penulis selesai melakukan latihan kethoprak untuk mempersiapkan ujian "Kethoprak Gaul" pada mata kuliah "Drama Jawa Tradisional".
"Beban atau berkat? Cerita ini jawabnya lewat kekuatan cinta yang mengubah segalanya."
Remaja aktif bermedia sosial, tapi bagaimana etika bahasanya? Yuk telusuri pentingnya santun berbahasa demi komunikasi digital yang sehat dan bijak.
Kampung adalah tanah di mana awal peradaban kota dibangun
Gadis itu tak diberi nama, hanya disebut ‘Gadis Pantai’. Lewat tokoh ini, Pramoedya mengisahkan sunyi dan luka perempuan dalam cengkeraman feodalisme
Untuk meningkatkan layanan pendidikan bagi masyarakat, MAN 2 Sleman menerima mahasiswa observasi jurusan Sastra Indonesia, UNY
Sastra Indonesia sekarat, sastrawan hidup miskin, dan negara abai. Akankah kita biarkan warisan budaya ini punah di tengah gegap gempita konten instan
Sastra sebagai sarana ekspresi individu, tempat pengarang menyampaikan perasaan, pikiran, dan pandangannya terhadap dunia dan realitas kehidupan.
"layar terang" memang dapat menarik perhatian anak, tapi jangan sampai membuat "pikiran mereka redup."
Ketika ribuan kata tak mampu menyentuh hatimu, dan rindu hanya menjadi gema di lorong sunyi, aku menulis. Bukan sekadar puisi, tapi perasaan yang tert
Tulisan ini mengupas puisi Wiji Thukul berjudul "Pulanglah, Nang" sebagai bentuk kritik terhadap pola asuh kelas menengah atas yang sarat akan elitism