Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tetralogi Air dan Api, Idu Geni

19 Maret 2019   05:31 Diperbarui: 19 Maret 2019   05:52 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dia tidak boleh gagal memberikan keyakinan pada Lawa Agung tentang betapa pentingnya bersekutu.  Arya Dahana tidak boleh menggagalkan semua ini.  pemuda itu mudah ditaklukkan dengan kata hutang nyawa dan hutang budi. 

Sambil terus saja melamunkan apa yang akan terjadi besok, Putri Anjani semakin mendekati ujung pantai.  Tidak menyadari bahwa di depannya telah bersiap siap Arya Dahana menjalankan rencananya.  Gadis ini baru tersadar ketika dia merasakan tubuhnya kaku terkena totokan dahsyat orang berilmu tinggi.  Bahkan gadis ini bisa merasakan orang itu meraba-raba tubuhnya di bagian punggung.

Putri Anjani tercekat hatinya.  Dia menjeritkan tangisan dalam hati dan mengutuk diri sendiri.  Kenapa dia harus membawa bawa Gendewa Bernyawa keluar malam malam begini.  Meskipun memang gendewa itu tidak pernah terpisah dari tubuhnya sedetikpun.  Putri Anjani tidak bisa menggerakkan tubuh, namun masih bisa memperhatikan sosok tubuh bertopeng yang merampas Gendewa Bernyawa miliknya, saat orang itu membebaskan totokannya lalu berkelebat dan menghilang dengan cepat di kerimbunan pepohonan.

Gadis ini terhuyung sejenak setelah terbebas dari totokan.  Dia berniat mengejar orang itu, namun tubuhnya terasa ngilu.  Terutama bagian kakinya. Orang itu memang membebaskan totokannya, tapi akibat dari totokan hebat itu masih sangat berpengaruh terhadap kakinya.

Putri Anjani meneteskan airmata saking jengkelnya.  Sambil membanting-banting kakinya, gadis ini berbalik menuju kapal.  Besok dia akan meminta bantuan Panglima Kelelawar untuk membantunya mencari tahu siapa gerangan orang yang telah berani merampas gendewanya.  Dia juga telah menghapal bentuk tubuh orang itu.  Rasa rasanya dia mengenal sosok orang itu.  Laki laki yang dikenalnya.  Dan juga bau tubuhnya!  laki laki yang dikenalnya!

Arya Dahana kembali mempergunakan ilmu meringankan tubuhnya yang paling tinggi untuk berlompatan dari pohon ke pohon.  Dia tetap harus waspada.  Banyak sekali mata mata, telik sandi dan pasukan Lawa Agung di hutan hutan sekitar benteng Bantar Muncang. 

Begitu sampai di dalam benteng dan menuju ke ruangan pertemuan, barulah Arya Dahana bernafas lega.  Tugasnya sudah bisa diselesaikan.  Paling tidak, besok pagi pasukan Lawa Agung tidak usah mengkhawatirkan kesaktian Gendewa Bernyawa.  Pertempuran akan berjalan cukup adil.

Memasuki ruang pertemuan, ternyata semua orang masih berkumpul di situ.  Rupanya Panglima Baladewa masih sibuk mengatur siasat untuk pertempuran esok hari.  Memperhitungkan segala kemungkinan sambil mencari jalan keluarnya.

Semua orang menoleh ketika Arya Dahana memasuki ruangan.  Semua tertuju pada gendewa yang terikat di punggungnya.  Dewi Mulia Ratri  tertegun, Panglima Baladewa menganga takjub, Bimala Calya dan Ardi Brata bahkan bertepuk tangan, yang juga diikuti semua panglima dan hulubalang yang hadir di tempat itu.

"Aaahh kau berhasil anak muda! Hebat! Apakah kau memerlukan tempat penyimpanan bagi pusaka hebat itu?"

Panglima Baladewa memandang kagum sambil berkata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun