Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tetralogi Air dan Api, Idu Geni

19 Maret 2019   05:31 Diperbarui: 19 Maret 2019   05:52 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fajar belum menjelang.  Malam masih berkuasa.  Ini memudahkan Arya Dahana yang dengan kepandaian tingginya menyelinap dari kepungan pasukan Lawa Agung.  Dia tidak tahu dimana Putri Anjani berada.  Tapi dia menduga pasti di suatu tempat di pinggir pantai, tempat para petinggi Lawa Agung berada.

Arya Dahana sadar.  Tempat ini sekarang sedang bertebaran tokoh-tokoh sakti.  Dia harus berhati hati.  Dikerahkannya semua kemampuan meringankan tubuh.  Tubuhnya melayang dari pohon ke pohon dengan ringan dan tanpa suara.  Begitu mendekati pantai, Arya Dahana turun dari atas pohon, kemudian berjalan mengendap endap.  Masih dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh tertinggi yang dia miliki.

Pantai Sukabumi seperti disiram matahari.  Lampu lampu besar dipancang sana sini oleh pasukan Lawa Agung.  Arya Dahana sedikit tercekat hatinya. Bagaimana dia bisa mencapai sebuah kapal besar yang terang benderang, yang diduganya sebagai markas utama, sementara di setiap sepuluh meter, satu regu penjaga mondar mandir.  Sehebat hebatnya kesaktian seseorang, tidak mungkin bisa melewati penjagaan seketat ini. Dia harus mencari cara saat saat dimana Putri Anjani sedang sendiri.

Dan peluang yang sangat kecil didapatkannya secara ajaib.  Sesosok bayangan berjalan pelan menuju tempatnya bersembunyi.  Putri Anjani!  Arya Dahana bersorak kegirangan dalam hati.  Gadis ini berjalan tersaruk-saruk persis mengarah tempat Arya Dahana.

Arya Dahana bersiap siap.  Dia tahu, gadis itu tidak akan dengan sukarela menyerahkan gendewanya.  Pemuda ini merogoh kantung bajunya.  Sebuah ikat kepala menutupi muka cukup untuk menyembunyikan dirinya.

Putri Anjani berjalan sambil melamun.  Saat terpisah dengan Arya Dahana kemarin siang, dia melanjutkan perjalanan ke timur.  Namun di tengah jalan, gadis ini berubah pikiran.  Lawa Agung sedang mengepung benteng Bantar Muncang.  Dan dia sedang merayu Panglima Kelelawar untuk bergabung dalam persekutuan.  Seharusnya dia mengambil hati mereka dengan membantu pengepungan itu.  Tapi dia tidak boleh sendiri.  Dia harus menunjukkan kepada Panglima Kelelawar bahwa persekutuan itu sangat kuat dan terdiri dari tokoh tokoh hebat.  Buru-buru dia mengerahkan kemampuan lari cepatnya agar bisa segera sampai di tempat gurunya di puncak Gunung Papandayan. 

Begitu sampai di tempat gurunya.  Putri Anjani terkejut saat melihat gurunya sedang bertarung dengan seseorang.  Pertarungan yang hebat.  Orang itu cukup bisa mengimbangi gurunya  meskipun terdesak.  Putri Anjani memekik kecil saat menyadari siapa yang sedang bertarung dengan gurunya. Mahesa Agni!  Tokoh yang menjadi wakilnya di Persekutuan Pesisir Gugat.

Gadis ini dengan tergesa-gesa kemudian menghentikan pertarungan dahsyat yang sedang berlangsung.  Sontak saja kedua tokoh tingkat tinggi itu kaget bukan kepalang.  Adu kepandaian langsung terhenti.  Putri Anjani meminta maaf kepada gurunya dan Mahesa Agni, lalu menjelaskan secara panjang lebar apa yang terjadi di tlatah kulon Jawa.  Dia juga menjelaskan apa pentingnya membantu Lawa Agung bagi persekutuan.

Datuk Rajo Bumi dan Mahesa Agni manggut manggut mengerti sekaligus mengagumi kecerdikan gadis ini.  Pertarungan yang terjadi di antara mereka juga terjadi karena kesalahpahaman belaka.  Mahesa Agni sedang mencari muridnya yang sedang bertapa di Gunung Papandayan.  Muridnya itu bernama Mahesa Sura.  Dalam perjalanannya mencari Mahesa Sura, dia bertemu secara tidak sengaja dengan Datuk Rajo Bumi yang sedang mencari ramu-ramuan.  Keduanya sama-sama tahu bahwa masing-masing berkepandaian tinggi.  Seperti biasa, Datuk Rajo Bumi tidak akan melepaskan kesempatan untuk adu kepandaian jika bertemu dengan orang yang sekiranya bisa menandinginya.  Dan terjadilah pertarungan tinggi yang disaksikan oleh Putri Anjani tadi.

Setelah mendengar penjelasan panjang lebar dari Putri Anjani, kedua tokoh itu setuju untuk ikut Putri Anjani menuju Bantar Muncang.

Gadis ini terus melamunkan perjalanannya yang cukup melelahkan.  Mereka disambut gembira oleh Panglima Kelelawar.  Dipersilahkan istirahat di kapalnya yang besar dan dijamu sebagai tamu kerajaan yang terhormat hingga larut malam.  Setelah semuanya hanyut di peraduan masing masing, Putri Anjani tidak bisa tidur.  Turun dari kapal dan berjalan-jalan di pantai seorang diri.  Dia sudah mendengar bahwa Arya Dahana ada di pihak Galuh Pakuan.  Pemuda itu sangat sakti dan bisa menimbulkan kerusakan yang besar bagi Lawa Agung.  Besok dia harus mencegah pemuda itu ikut campur dengan menggunakan ancaman hutang budi yang biasa dilakukannya selama ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun