Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tetralogi Air dan Api, Idu Geni

19 Maret 2019   05:31 Diperbarui: 19 Maret 2019   05:52 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keputusannya satu.  Tidak ada satu orang pun yang akan bertempur di luar benteng.  Mereka akan mempertahankan pintu gerbang benteng selama mungkin.  Dewi Mulia Ratri dan Arya Dahana hanya akan mengawasi para tokoh Lawa Agung jika mungkin saja ada yang mencoba menyelusup masuk ke dalam benteng saat pertempuran berlangsung.  Selain itu, Dewi Mulia Ratri akan lebih leluasa mengendalikan pasukan gaib yang akan dibangkitkannya jika tidak dalam kondisi bertarung.

Tokoh-tokoh yang harus diwaspadai adalah Panglima Kelelawar, Datuk Rajo Bumi, Panglima Amranutta, dan Putri Anjani.  Mereka masing masing mempunyai kemampuan membunuh secara massal, sekaligus juga bisa dengan mudah menyelusup masuk ke dalam benteng dengan cara melompat atau hal-hal lain yang tidak bisa diduga.  Oleh karena itu Dewi Mulia Ratri dan Arya Dahana akan berkeliling benteng untuk memastikan tidak ada penyusup sakti yang masuk.      

Hanya ada satu hal yang masih merisaukan pikiran semua orang.  Bagaimana cara mengatasi Gendewa Bernyawa Putri Anjani?  Pusaka itu sangat mengerikan untuk pertempuran besar-besaran seperti ini.  Ratusan bahkan ribuan anak panah berapi bisa mengalir tak habis-habis menggempur pasukan Galuh Pakuan. Mereka harus memikirkan sat nu cara untuk mengatasi hal ini.

Arya Dahana akhirnya angkat bicara.

"Satu satunya cara adalah merebut Gendewa Bernyawa itu dari Putri Anjani agar tidak bisa dipergunakan.  Aku akan melakukannya.  Tapi aku juga tidak mau pasukan Galuh Pakuan memanfaatkan pusaka ajaib itu.  Benda itu terlalu merusak tatanan pertempuran."

Dewi Mulia Ratri mengrenyitkan alisnya.

"Bagaimana caramu merebut pusaka itu dari Putri Anjani, Dahana?"

Arya Dahana tersenyum tengil sembari mengedipkan sebelah mata kepada Dewi Mulia Ratri.

"Aku tahu beberapa cara untuk mengambil pusaka berbahaya itu Ratri.  Tenang sajalah."

Dewi Mulia Ratri melengos memalingkan muka melihat cara Arya Dahana menjawab pertanyaannya.  Gadis ini hanya bisa membayangkan satu pilihan saja untuk mengambil pusaka itu dari Putri Anjani.  Kekerasan! Ya, itulah satu satunya cara!  Tapi jawaban Arya Dahana tadi membuatnya berpikir tidak karuan.  Mungkin yang disebut cara lain itu melalui rayuan.  Huh! Dasar tengil dan mata keranjang!

Tidak sadar dengan kilatan mata marah gadis dari Sanggabuana itu, Arya Dahana kemudian berpamitan kepada semua orang untuk menjalankan tugasnya.  Tugas yang berat.  Tapi dia harus melakukannya.  Benda pusaka itu terlalu berbahaya.  Perang akan berjalan dengan tidak seimbang.  Dia belum tahu bagaimana cara membujuk Putri Anjani untuk menyerahkan senjata itu sementara waktu.  Dia tidak akan mengambil pusaka itu selamanya.  Putri Anjani berhak memiliki, karena pusaka itu berjodoh dengannya saat perebutan di Ngobaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun