Melihat kedahsyatan ilmu-ilmu pukulan tertinggi dari dunia persilatan itu. Â para pengeroyok melompat mundur jauh ke belakang. Â Kesempatan ini digunakan Arya Dahana menarik lengan Dewi Mulia Ratri dan melesat lenyap dari tempat pertempuran banjir darah itu.
Malam benar-benar menyelamatkan mereka berdua. Â Para pengeroyok yang jerih melihat betapa dahsyat pukulan mereka berdua tadi, mengurungkan niat untuk mengejar. Â Terlalu berbahaya untuk mengejar dua orang sakti luar biasa di kegelapan malam.
Namun Panglima Kelelawar tidak terlalu kecewa. Â Dia mendapatkan apa yang menjadi tujuan utamanya. Â Menaklukkan benteng Bantar Muncang, menguasainya, dan kelak akan menjadi benteng terdepan untuk menyerbu ibukota Galuh Pakuan. Â Raja Lawa Agung ini kemudian mengumpulkan para pengikutnya dan memerintahkan untuk mengumpulkan tumpukan mayat di dalam benteng. Â Dikeluarkan di pelataran benteng dan membakarnya.
Suara gemeretak api yang membakar tubuh-tubuh tak bernyawa prajurit gagah berani itu seperti suara raungan serigala yang sedang berduka karena kehilangan anak anaknya. Â Begitu miris dan menggigilkan hati. Â Mengirimkan asap yang bergulung gulung ke angkasa. Â Membawa pesan kepada langit bahwa pertempuran antar manusia tidak akan pernah usai sampai jaman akhirnya menelan semuanya menjadi abu saat hari penghakiman tiba.
Kisah Air dan Api-Cinta Abadi Air dan Api
Setelah bermasa masa mendarahi petualangan
Air semakin mendekati muara
Api semakin mendekati perapian
Membawa bunga tujuh rupa dalam kendi
Membawa bara bara tak pernah mati
Seperti cintanya yang abadi
*****T A M A T******
Berikutnya; Tetralogi Air dan Api Buku ke-4, Cinta Abadi Air dan Api