Mohon tunggu...
Luisa Devika
Luisa Devika Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - -

-

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Analisis Novel Atheis dengan Pendekatan Objektif

28 Februari 2022   21:15 Diperbarui: 28 Februari 2022   21:17 11376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Rumah Rusli di Kebon Manggu 11.  (Mihardja, 1949, hal. 29)

  • Tempat tinggal Hasan di Sasakgantung 18.  (Mihardja, 1949, hal. 28)

  • Sampai depan sebuah restoran, Rusli mengajak aku masuk. (bertemu anwar).  (Mihardja, 1949, hal. 103)

  • Rumah Kartini di Lengkong Besar 27.  (Mihardja, 1949, hal. 83)

  • "Nah ini kamarnya, Tuan," kata Amat sambil membuka pintunya, yang berangka 8 di atas daunnya yang sudah kumal dan retak-retak catnya.  (Mihardja, 1949, hal. 239)

  • Tempat diatas merupakan tempat yang penting dan berpengaruh bagi Hasan. Di kampung Panyeredan merupakan tempat Hasan dibesarkan hingga remaja dan juga merupakan tempat tinggal kedua orang tuanya. Tempat tersebut menjadi sanksi perubahan terhadap diri Hasan. Saat masih menjadi anak kecil dan tinggal disana, ia sangat taat pada agama, tetapi saat sudah dewasa pergi dari tempat tersebut dan mengunjunginya kembali, keyakinannya sudah berubah. Disitu juga tempat dimana ia membentak ayahnya untuk pertama kalinya. Loket menjadi tempat pertama kali ia bertemu dengan Rusli dan Kartini. Restoran menjadi tempat dimana ia bertemu dengan Anwar yang menjadi penyebab terbesar adanya perubahan dalam diri Hasan. Rumah Kartini menjadi tempat tinggal Hasan dan Kartini setelah menikah. Walaupun begitu, mereka sering berkelahi satu dengan yang lain. Kamar yang bernomor 8 menjadi tempat ia menyadari bahwa ia sangat benci Anwar dan memutuskan untuk membunuhnya. 

    1. Latar waktu

    • Malam sudah sunyi benar. (Mihardja, 1949, hal. 52)

    • Persis pukul tiga malam, saya tamat membaca naskah Hasan itu..  (Mihardja, 1949, hal. 195)

    • Hari sudah hampir pukul sebelas malam.  (Mihardja, 1949, hal. 185)

    • Bergegas setengah lari keluar hotel, ke atas trotoar, ke jalan besar dalam malam yang setengah gelap, berkeletak suara bakiak yang copot dari kakinya.  (Mihardja, 1949, hal. 247)

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    6. 6
    7. 7
    8. 8
    9. 9
    10. 10
    11. 11
    12. 12
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Hobby Selengkapnya
    Lihat Hobby Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun