Mohon tunggu...
Luisa Devika
Luisa Devika Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - -

-

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Analisis Novel Atheis dengan Pendekatan Objektif

28 Februari 2022   21:15 Diperbarui: 28 Februari 2022   21:17 11376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Terasa olehku Kartini memandang aku. (Mihardja, 1949, hal.109)

  • Sudut pandang orang pertama jamak:

  • Maka kami pun lantas berjalan lagi. (Mihardja, 1949, hal.159)

  • Kami masuk ke ruang tengah. (Mihardja, 1949, hal.142)

  • Sudut pandang orang ketiga terbatas: 

  • Mendengar itu, Rusli tiba-tiba meletus dalam tertawa terbahak-bahak. (Mihardja, 1949, hal.93)

  • Bagi Anwar hal itu agaknya kurang menyenangkan hatinya. (Mihardja, 1949, hal.120)

    

"Aku" pada contoh sudut pandang orang pertama tunggal sebagai pelaku utama adalah Hasan sendiri. Hal ini disebabkan karena penulis menjadi Hasan yang merupakan tokoh utama dalam novel tersebut. "Kami" pada sudut pandang orang pertama jamak tidak selalu melibatkan tokoh utamanya yaitu Hasan, melainkan bisa hanya melibatkan tokoh sampingan. Sudut pandang orang ketiga terbatas banyak menyebutkan nama tokohnya langsung. 

  1. Gaya bahasa

Bahasa yang digunakan dalam novel tersebut adalah bahasa Indonesia. Karena novel ini ditulis pada tahun 1900-an, ada beberapa kata yang sudah jarang digunakan dalam masa sekarang ini. Walaupun begitu, bahasa yang digunakan tetap mudah dipahami oleh para pembaca. Selain itu, ada beberapa gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini, antara lain, gaya bahasa perbandingan, pertentangan dan repetisi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), majas simile adalah majas yang membandingkan dua hal yang secara hakiki berbeda, tetapi dianggap mengandung segi yang serupa. Biasanya menggunakan kata seperti, bagaikan. Majas personifikasi adalah gaya bahasa yang digunakan untuk menyatakan benda mati seolah-olah hidup seperti manusia. Majas hiperbola digunakan untuk mengungkapkan sesuatu dengan cara yang dilebih-lebihkan, sehingga terkesan dramatis. Majas repetisi sering digunakan sebagai salah satu cara memperkuat makna atau dengan mengulang kata atau bagian kalimat yang hendak diperkuat maksudnya tersebut. Selain gaya bahasa tersebut, penulis juga menggunakan beberapa bahasa Belanda dan Inggris, serta istilah bahasa Jepang untuk menyesuaikan dengan suasana dan latar cerita, yaitu pada saat Indonesia dijajah oleh Belanda dan Jepang. Penulis juga memberikan arti dari kata-kata tersebut di bagian pojok kiri bawah halaman. 

  1. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    6. 6
    7. 7
    8. 8
    9. 9
    10. 10
    11. 11
    12. 12
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Hobby Selengkapnya
    Lihat Hobby Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun