Mohon tunggu...
Luisa Devika
Luisa Devika Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - -

-

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Analisis Novel Atheis dengan Pendekatan Objektif

28 Februari 2022   21:15 Diperbarui: 28 Februari 2022   21:17 11376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Agak heran melihat tingkah lakunya itu. Sangat bebas. Terlalu bebas , menurut ukuranku. (Mihardja, 1949, hal. 37)

  • Belum pernah aku menonton bersama-sama dengan seorang perempuan, atau diajak oleh seorang perempuan. Apalagi oleh seorang perempuan asing yang baru saja ku kenal seperti Kartini itu. (Mihardja, 1949, hal. 41)

  • Makin banyak aku mencurahkan perhatian kepada soal-soal baru, yang dikemukakan oleh Rusli, makin kurang aku menaruh perhatian kepada soal-soal agama dan mistik, yang sebetulnya memang tidak pernah menjadi soal bagiku. Dari mulai kecil, aku menjalankan agama dengan tidak pernah bersoal-soal. (Mihardja, 1949, hal. 111)

  • Terasa sekali betapa besarnya perubahanku dibanding dengan dulu. Dulu, artinya empat bulan yang lalu segala jejak dan ucapanku selalu kusesuaikan dengan "pendapat umum", terutama dengan pendapat para alim-ulama. Aku selalu berhati-hati, jangan sampai menjadi noda dalam pandangan umum, alias "klas alim-ulama itu. (Mihardja, 1949, hal. 112)

  • Bagiku sekarang lebih penting pendapat Kartini. Sekarang aku sudah tidak malu lagi berjalan-jalan dengan Kartini, bahkan ke pasar, ke restoran, dan pernah pula berapa kali pergi nonton bioskop. (Mihardja, 1949, hal. 112)

  • Takkan heran rasanya, kalau banyak di antara kenalan-kenalanku yang geleng-geleng kepala, kenapa aku yang alim dan saleh itu tiba-tiba bisa berubah demikian. (Mihardja, 1949, hal. 113)

  • Dua kalimat awal adalah bukti bahwa Hasan adalah orang yang sangat religius akibat dari didikan orang tuanya. Lalu, kedua kalimat berikutnya tersebut muncul pada saat Hasan pertama kali bertemu teman lamanya, yaitu Rusli di tempat yang baru yaitu Bandung. Hasan  merasa aneh/heran dengan tingkah laku mereka karena di tempat ia dibesarkan, perilaku tersebut tidak umum, sehingga menjadi hal yang baru bagi Hasan. Munculnya kebingungan tersebut menjadi contoh adanya perbedaan kebiasaan maupun perilaku antar dua tokoh yang memiliki pengalaman di dua tempat yang berbeda. Kalimat ketiga dan seterusnya menunjukkan bahwa Hasan mengakui ada perubahan dalam dirinya. Dari kalimat-kalimat tersebut dapat disimpulkan bahwa a ia mulai meragukan kehadiran Tuhan dalam hidup, ia mulai menjauh dari-Nya. Kebiasaan dan kepribadian dalam hidupnya juga berubah. 

    Di kampung halamannya, ia dikelilingi oleh orang-orang yang sangat taat pada ajaran agama, sehingga secara tidak langsung ia juga diharapkan menjadi seperti itu. Berbeda dengan di Bandung yang pada waktu itu juga sedang dijajah oleh Belanda dan Jepang, sehingga banyak ajaran-ajaran baru yang mulai bermunculan. Benang merah dalam kedua perbedaan tersebut adalah, kebudayaan dan kepribadian Hasan disebabkan oleh dengan siapa ia bergaul. Maka, tidak heran jika ia seolah-olah menjadi orang yang berbeda setelah lama tinggal di Bandung. Bukti-bukti itu menunjukkan bahwa novel ini dapat dikategorikan dalam tema jasmaniah dan sosial. 

    1. Tokoh dan Penokohan

        Terdapat banyak tokoh dalam novel tersebut, antara lain, Hasan, Kartini, Rusli, Anwar, Ayah dan Ibu Hasan, Haji Dahlan, Bibi, Minah, Mimi, Bung Parta, Bung Suma, Bung Gondo, Bung Bakri, Fatimah, Pak Artasan, Pak Ahim seorang kusir, Mas Karto dan Bah Kim Long. Tokoh penting yang menyebabkan adanya perubahan pada diri Hasan antara lain, Rusli dan Anwar. Walau begitu, Kartini juga memiliki peran penting dalam novel dalam pertengahan hingga akhir cerita. Berbeda dengan Rusli dan Anwar yang menjadi orang penting sejak awal cerita yang mengubah Hasan. Maka dari itu, ada keempat tokoh yang dapat dilihat perwatakannya, yaitu, Hasan sebagai tokoh utama, Rusli, Kartini dan Anwar. 

    1. Hasan.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    6. 6
    7. 7
    8. 8
    9. 9
    10. 10
    11. 11
    12. 12
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Hobby Selengkapnya
    Lihat Hobby Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun