Mohon tunggu...
Luisa Devika
Luisa Devika Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - -

-

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Analisis Novel Atheis dengan Pendekatan Objektif

28 Februari 2022   21:15 Diperbarui: 28 Februari 2022   21:17 11376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

ANALISIS NOVEL ATHEIS DENGAN TEKNIK PENDEKATAN OBJEKTIF

  1. Sinopsis

    Novel "Atheis" yang ditulis oleh Achdiat Karta Mihardja dan dipublikasikan pada tahun 1949 menceritakan tentang seorang pemuda bernama Hasan yang merupakan pensiunan mantri guru. Ia tinggal di kampung Panyeredan, Garut. Keluarganya adalah keluarga yang saleh dan taat menjalankan ajaran agama Islam penganut tarekat. Sejak kecil Hasan sudah mendapat didikan agama secara mendalam. Ia tumbuh menjadi anak yang patuh kepada orang tua dan taat menjalankan ajaran agama. Hingga pada suatu hari ia bertemu dengan teman lamanya yaitu Rusli. Dari situ, mulai terlihat adanya perubahan diri Hasan akan kepercayaannya terhadap agama.  (Mihardja, 1949)

 

Hasan dibesarkan ditengah keluarga yang menganut tarekat. Setelah dewasa, ia mengikuti tarekat seperti yang dilaksanakan oleh kedua orangtuanya. Meski sesungguhnya keterlibatannya dalam tarekat itu adalah hasil kekecewaannya karena harus kehilangan kekasihnya, yaitu Rukmini. Salah satu cara yang Hasan lakukan untuk bisa menghilangkan pikiran tentang Rukmini adalah dengan mengikuti aliran tarekat dan ia pun menjadi orang yang semakin teguh akan imannya. Tetapi hidupnya berubah ketika dia bertemu teman lamanya, yaitu Rusli yang datang bersama seorang wanita bernama Kartini yang ternyata merupakan seorang janda. Hasan bertekad untuk menyadarkan mereka akan agama. Namun, Rusli yang memiliki pemikiran rasional dan memiliki pengetahuan yang luas mengenai materialis, menyebabkan niat Hasan semakin hancur. Keyakinannya semakin goyah ketika dia dipertemukan dengan teman Rusli yaitu Anwar. Hasan semakin tersesat dari agama dan pergaulannya semakin bebas. Suatu hari, ia pulang ke rumah di kampungnya bersama Anwar untuk bertemu ayahnya yang sakit. Ayahnya melihat perubahan pada diri Hasan. Orang tuanya berharap Hasan menikah dengan Fatimah, saudara angkatnya. Namun Hasan membulatkan tekad untuk menikahi Kartini. (Mihardja, 1949)

Pernikahan Hasan dan Kartini ternyata tidak membuahkan kebahagiaan. Seiring berjalannya waktu, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa Hasan cemburu karena hubungan Kartini dengan Anwar semakin dekat. Kemarahan Hasan memuncak, ia memukuli istrinya itu. Kartini memutuskan untuk pergi dari rumah dan pergi tanpa tujuan. Di jalan, Kartini bertemu dengan Anwar dan mereka bermalam di suatu hotel bersama Karena Anwar berusaha untuk memperkosanya, Kartini segera melarikan dari penginapan itu dan meneruskan perjalanannya. Hasan sungguh menyesal dan merasa sangat berdosa atas apa yang telah diperbuat selama ia mulai menjauh dari Allah .Mendengar kabar bahwa ayahnya sedang sakit parah, Hasan memutuskan untuk pulang menjenguknya. Menjelang ajalnya, Hasan meminta maaf kepada ayahnya. Tetapi, ayahnya tetap bersikeras untuk tidak memaafkan anaknya sendiri, bahkan sampai ajal menjemputnya. Ketika pulang ke Bandung, terjadilah kusukeiho. Hasan terpaksa untuk mencari tempat berlindung di suatu bunker dan di tempat tersebut, terngiang-ngianglah suara ayahnya di hatinya, menasehati, memarahi, mengutuk,-ngutuk perbuatannya yang telah menyimpang dari ajaran agama Islam. Penyakit TBC yang menyerang Hasan kambuh. Ia memutuskan untuk mencari tempat penginapan. Setelah sampai, dilihatlah nama Kartini dan Anwar pada daftar tamu. Setelah mendapatkan penjelasan dari pelayan hotel, Hasan semakin yakin bahwa Kartini memiliki hubungan gelap dengan Anwar. Amarah Hasan tidak bisa dipadamkan. Ia memutuskan untuk lari keluar dari tempat penginapannya pada malam gelap untuk membunuh Anwar. Namun, belum sempat Hasan menemukan Anwar, ia tertembak peluru di paha kirinya kemudian terjatuh dan bersimbah darah, tetapi sebelum menemui ajalnya ia masih sempat mengingat Allah dan berkali-kali menyebut nama-Nya. (Mihardja, 1949)

  1. Analisis

  1. Tema

Tema adalah sebuah gagasan yang menjadi dasar dari suatu karya sastra. Tema sendiri memiliki sifat yang abstrak dan implisit. Secara implisit berarti tema dalam suatu cerita bisa terlihat melalui unsur-unsur intrinsiknya. Secara umum, tema terbagi menjadi lima jenis, yaitu, jasmaniah, organik, sosial, egoik, dan ketuhanan.  Sesuai dengan judulnya yaitu "Atheist" buku ini mengangkat tema jasmaniah dan sosial.  Tema jasmaniah adalah tema yang berfokus pada diri manusia itu sendiri. Biasa menyangkut hal pertemanan dan percintaan. Tema sosial adalah tema yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat. Walaupun atheis seringkali dihubungkan dengan ketuhanan dan kepercayaan, tetapi hal tersebut tidak sesuai dengan arti tema ketuhanan, yakni, tema yang berhubungan erat dengan kekuasaan Tuhan pada hidup manusia, seperti mukjizat. Menurut saya, dalam novel ini, penulis ingin lebih memfokuskan bagaimana Hasan menjadi pribadi yang baru (menjadi seorang atheis) yang diakibatkan oleh pergaulannya dengan orang disekitarnya.  Bukti kalimat  :

  • Pada usia lima tahun aku sudah dididik dalam agama. Aku sudah mulai diajari mengaji dan sembahyang. (Mihardja, 1949, hal. 15)

  • Sebelum tidur, ibuku sudah biasa menyuruh aku menghafal ayat-ayat atau surat-surat dari Alquran. Sahadat, selawat dan kulhu, begitu juga alfatihah aku sudah hafal dari masa itu. Juga nyanyi puji-puji kepada Tuhan dan Nabi. (Mihardja, 1949, hal 15)

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    6. 6
    7. 7
    8. 8
    9. 9
    10. 10
    11. 11
    12. 12
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Hobby Selengkapnya
    Lihat Hobby Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun