Mohon tunggu...
Murni KemalaDewi
Murni KemalaDewi Mohon Tunggu... Novelis - Lazy Writer

Looking for place to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pemberontakan Cinderela

23 Mei 2019   08:21 Diperbarui: 23 Mei 2019   08:26 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Erick menepuk pundak Jaja,

"Sabar, Jak. Jangan berlebihan. Aku juga turun kok. Tapi lihat, I still calm, cool and confident" kata Erick sombong.

Sambil tersenyum sok bijak, Erick kembali memberikan tepukan di pundak Jaja dan mendekati mading itu untuk mencari namanya.

"Nomor dua, nomor dua!" serunya penuh percaya diri.

Erick lalu menyusuri daftar itu dan wajahnya berubah kaget karena di nomor dua tidak ada namanya, melainkan di sana tertulis 'Pangeran Ivan'. Erick dengan ragu menatap kearah nomor satu, hanya untuk kembali menemukan nama 'Pangeran Ivan' di sana. Ekspresi Erick berubah gemetar dan penuh harap ia menatap ke arah nomor tiga dan kembali hanya untuk kembali menemukan nama 'Pangeran Ivan' tertulis, dengan tambahan gambar hati, di sana.

Dengan pasrah Erick menatap ke nomor 4 sebelum akhirnya dia baru bisa menemukan namanya di sana. Perlahan Erick memutar badannya menatap Ivan, yang sedari tadi mengawasi peristiwa itu, dengan wajah geram dan tangan terkepal gemetar. Ivan membalas tatapan Erick dengan senyum meringis.

Wajah Erick berubah jengkel setengah mati,

"Brrroooooo!" katanya menunjuk Ivan dengan tangan gemetar.

Spontan mata semua cowok yang ada di sekitar mading menatap Ivan dengan tatapan jengkel. Jaja bahkan menatap Ivan dengan ekspresi gemetar menahan marah. Dilain pihak, para siswi yang ada di sekitar mading, memberikan tatapan penuh pemujaan pada Ivan.

Ivan tersenyum meringis menatap kesekelilingnya. Ia menghembuskan nafas kencang dan menyandarkan tubuhnya di dinding pembatas seraya memegang pelipisnya, seakan ia terserang sakit kepala tiba-tiba. Ivan bergumam sambil memeriksa seluruh badannya,

"Aspirinku mana? Dimana ku letakkan aspirinku?"

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun