Mohon tunggu...
FAIZ FATURROHMAN
FAIZ FATURROHMAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

MAHASISWA SASTRA INGGRIS UIN JAKARTA.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Two Words: Indonesia Version

20 Desember 2022   12:46 Diperbarui: 20 Desember 2022   12:52 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kumara: "kemana saja nak... carilah tempat yang aman dan jauhi penyihir itu dan jangan sampai ketahuan olehnya. Cepat.. kau harus pergi sekarang sebelum ayahmu tau, kalau dia tahu dia tidak akan mengizinkannya."

Kemudian kumara berpisah dengan kedua putranya, di akhir perpisahannya yang haru itu sebelum Raden pergi Kumara memberinya pelukan terakhir dan ciuman terakhir pada bayi itu. Lalu Raden membawanya pergi menjauh dari Keraton. Di tengah perjalanan Raden melihat situasi di luar Keraton yang sangat kacau, dia melihat banyak mayat bergeletakan di jalan, mayat itu terdiri dari prajurit kerajaan dan rakyat jelata yang tidak bersalah. Raden berkata kepada adiknya "tenang adikku..." sambil memperhatikan wajah adiknya. "kamu tidak boleh melihat ini semua, aku tahu umur kita berbeda 10 tahun, tetapi aku sangat menyayangimu aku sangat ingin bermain denganmu... kau harus tetap hidup adikku".

Tidak lama dari kepergiannya Raden dari Keraton lalu, Wanita Tua itu menemukan Raja dan Patih Meda yang sedang berjaga di depan pintu ruangan melahirkan itu. Wanita Tua menghampirinya dalam wujud burung lalu tiba-tiba berubah dengan wujud aslinya di hadapan Raja Wijaya dan Patih Meda.

Wanita Tua: "hahahahahaha" tertawa menyeramkan dan berteriak sangat keras sambil mengatakan "ibuuu... aku menemukannya!!!".

Marhapatih Meda: "yang mulia.. apakah wanita tua itu adalah calon selir yang bernama Naharayu??". Sambil berbisik kepada Raja.

Raja Wijaya: "yaa.. kau tidak salah Meda. Dia adalah selir yang akan menikah denganku 20 tahun yang lalu."


Marhapatih Meda: "bukanya umurnya tidak jauh dengan mu yang mulia?? Mengapa wujudnya seperti itu?."

Raja Wijaya: "itu pasti karena mantra sihir yang dia gunakannya agar awet muda... setelah aku tahu latar belakangnya adalah penyihir aku membatalkan pernikahan itu."

Setelah perbincangan singkat Ratu tiba di hadapan Wijaya dan Meda.

Raja Wijaya: "bersiaplah.. persiapkan pedangmu Meda". Patih Meda mengangguk dengan wajah serius.

Ratu menghampiri Raja dan Meda. Wujudnya berbeda dengan manusa yang lain, dia lebih tinggi dan besar. Tetapi dia sangat cantik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun