Mohon tunggu...
FAIZ FATURROHMAN
FAIZ FATURROHMAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

MAHASISWA SASTRA INGGRIS UIN JAKARTA.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Two Words: Indonesia Version

20 Desember 2022   12:46 Diperbarui: 20 Desember 2022   12:52 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adipati Bima: "kau adalah satu-satunya anak keturunan Raja.. kakak mu meninggal demi menyelamatkan mu, kenapa kau begitu egois??"

Raden Radya: "dengar paman... semua orang menyalahkanku atas semua yang telah terjadi, mereka semua menyalahkanku dan menganggap akulah penyebab Wonosari diserang oleh para penyihir itu."

Adipati Bima: "mereka semua tidak tau apa-apa tentangmu Raden... yang paling tau tentangmu adalah ayahmu dan Patih Meda."

Tiba-tiba Raden Adya menaruh tongkat beladirinya dan pergi meninggalkan Adipati dengan raut wajah yang kesal.

Raden pergi ke Candi Dewananda, tempat beribadah semua orang di kerajaan Wonosari. Pada saat itu kondisi candi sedang sepi, karena sedang diguyur hujan deras. Kemudian Raden berlutut menatap ukiran-ukiran candi dan juga patung para dewa, dia sambil merenung dan berdoa. Dia berkata pada dirinya "mengapa harus aku yang menanggung ini semua." Sambil menangis dengan sendu-sendu. Kemudian dia bertanya-tanya "apakah yang semua orang katakan tentang penyihir it benar??? Dan juga mengapa ayah selalu menceritakan kisah tentang Patih Meda??? Apakah dia hanya mengarang saja?? Dan juga kenapa mereka menyalahkanku atas kematian kakak dan ibuku..?? suatu saat nanti aku harus mencari tahu semuanya... aku harus keluar dari sini dan mencari tau kebenarannya." Dia mengatakannya dengan penuh keyakinan.

Saat Raden berusia 17 tahun dia diangkat menjadi putra mahkota oleh Raja Wijaya. Pada saat itu Keraton sedang mengadakan upacara pengangkatan putra mahkota, tetapi sebelum upacara dimulai banyak masyarakat yang protes keras atas keputusan itu. Walaupun begitu Raja tetap mengangkatnya sebagai putra mahkota sang penerus kerajaan Wonosari, apapun yang terjadi secara garis keturunan Adya lah yang paling pantas untuk meneruskan tahta ayahnya. Beberapa menit sebelum pelantikan Raden Adya bersiap-siap untuk menghadapi sang Raja. Dia memakai pakaian yang sangat mewah, dia memakai jubah kerajaan dengan berlambang tapak buda yang mana itu adalah lambing dari Kerajaan Wonosari, dan dia memakai semacam mahkota yang terbuat dari emas, bajunya di lapisi manik-manik yang terbuat dari emas. Sebenarnya banyak wanita yang terpesona olehnya, karena wajahnya yang tampan dan dia juga menjadi pria tertampan di Wonosari. Tetapi karena isu yang beredar wanita-wanita Wonosari harus menahan syahwatnya dan harus menjauhi pangeran karena tekanan dari para orangtua.


Selama 3 tahun Adya menjalani gelar putra mahkota tanpa rasa hormat. Ketika ia berjalan keluar Keraton, tidak ada satupun orang disekitar yang memandangnya walaupun ia sedang di kalau, kecuali prajurit kerajaan, prajurit kerajaan harus tetap patuh terhadap semua keputusan Raja dan jika tidak mematuhinya prajurit itu akan kena hukuman penjara bahkan ada yang bisa dihukum mati dengan di pasung.

Untuk menyemangati dirinya Adya terus mengunjungi Candi Dewananda, dia pergi dari Keraton menggunakan kuda menuju candi itu. Diperjalanan Adya bertemu oleh sekelompok prajurit yang sedang memanah burung gagak yang terbang diatas kerajaan. Adya memelankan laju kudanya sambil berfikir dan berkata di dalam hati "mengapa hewan itu tidak pernah punah" dan Adya menghampiri para prajurit itu dan melihat banyak sekali burung gagak yang mati jatuh dan tergeletak di tanah, Adya berkata "heyy.. banyak sekali burung ini, bahkan aku saja tidak pernah menjatuhkannya sebanyak ini. Memangnya untuk apa??" prajurit itu menjawab sambil menundukan kepalanya "tidak untuk apa-apa pangeran... kami memang ditugaskan untuk memburu burung-burung ini." Dan Adya membalasnya "ditugaskan?? Kenapa begitu??" para prajurit itu bingung dan berkata:

Prajurit: "bukankah kau sudah tau alasanya pangeran?? Kenapa masih bertanya??"

Raden Adya: "tidak.. aku tidak tahu alasannya. Memangnya apa alasannya?"

Prajurit: "aku kira yang mulia telah menceritakannya padamu tentang hal ini." Sambil terheran-heran dengan prajurit yang lainnya."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun