Mohon tunggu...
FAIZ FATURROHMAN
FAIZ FATURROHMAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

MAHASISWA SASTRA INGGRIS UIN JAKARTA.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Two Words: Indonesia Version

20 Desember 2022   12:46 Diperbarui: 20 Desember 2022   12:52 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adipati Bima: "apa dia sungguh ingin mencari penyihir itu??? aku saja yang lebih kuat darinya tidak ingin mencarinya." Dengan wajah penuh kebingungan.

Bima langsung pergi ke Keraton dan memasuki ruangan untuk menemui Raja yang sedang berada di singgahsananya. Setelah dia masuk dia melihat Raja sedang merenung dan kebingungan.

Adipati Bima: "ada apa yang mulia??"

Raja Wijaya: "kenapa anak itu tidak mau nurut denganku??? Dia pergi untuk mencari penyihir itu... dia bisa saja mati diperjalanan hufhhh... anak itu tidak tau apa-apa." Sambil bersedih dan kebingungan.

Adipati Bima: "ternyata dia sungguh mencari penyihir itu" dia mengatakannya dengan suara yang sangat pelan.

Raja Wijaya: "Bima.... Aku ingin kau mengejarnya"


Adipati Bima: "apa yang mulia???" dia berteriak dengan kaget. "maaf yang mulia... maksudku baik yang mulia" dengan tegas.

Raja Wijaya: "baiklah... cepat siapkan pasukan. Kau boleh pergi setelah aku perintahkan.. aku ingin memberimu sesuatu terlebih dahulu."

Bima langsung meninggalkan Raja dan bersiap-siap untuk mengejar Adya.

Sedangkan di Lentera, 5 tahun setelah penyerangan ke Wonosari. di malam yang gelap dan juga hujan deras, terdengar suara tangisan wanita, setelah meninggalnya Ratu Buyung, kini Lentera di pimpin oleh anaknya yaitu Naharayu. Tubuh Naharayu makin mengerikan dan dia semakin terlihat tua dengan keriput yang menyeramkan diseluruh tubuhnya, rambutnya sudah memutih semua dan perlahan-lahan sehelai rambut jatuh dari kepalanya di setiap jam, ini akibat mantra yang dia lakukanya itu gagal bertahun-tahun lalu. Dia selalu meringis, berteriak, dan menangis. Untuk menutupi tubuhnya itu dia memakai jubah yang menutupi sekujur tubuhnya, dan mukanya ditutupi seperti kain tipis.

Ratna: "yayu sudahlah... kau harus menerimanya. Aku sudah muak melihatmu seperti ini setiap malam".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun