Mohon tunggu...
FAIZ FATURROHMAN
FAIZ FATURROHMAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

MAHASISWA SASTRA INGGRIS UIN JAKARTA.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Two Words: Indonesia Version

20 Desember 2022   12:46 Diperbarui: 20 Desember 2022   12:52 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Raja Wijaya: "setelah Curtina dan Dewananda sepertinya aku ingin membangun candi yang melambangkan pelindung untuk rakyatku... aku ingin membangun yang lebih besar dari kedua candi sebelumnya... aku ingin membangunnya di kaki gunung, itu akan menambah nilai keindahannya."

Marhapatih Meda: "baiklah..." sambil menganggukan kepalanya. "ohh yaa, bagaimana dengan anak itu yang mulia?? Apa kau sudah memberikannya nama??."

Raja Wijaya: "sejujurnya aku belum memberinnya nama hingga sekarang... saat itu aku ingin memberikannya nama bersama Kumara" sambil menundukan kepala dan mengingat kenangan itu. "aku ingat waktu itu aku ingin memberi nama Adya kepadannya dan aku ingin Kumara yang memberi nama keduannya".

Marhapatih Meda: "Adya..?? Nama kedua?? Hmmm... dia lahir pada bulan purnama, malam yang indah dengan terangnya bulan sebelum penyihir terkutuk itu menyerang kita. Bagaimana jika aku yang memberikannya nama kedua??."

Raja Wijaya: "kau punya ide??"

Marhapatih Meda: "hmmm Adya ya??.. mirip seperti kakaknya. Bagaimana jika Adya Purnama?? Aku ingin dia bersinar seperti bulan purnama yang menerangi Wonosari dalam kegelapan...".


Raja Wijaya: "hmmm" sambil berfikir dan menganggukan kepalanya. "sepertinya itu terdengar meyakinkan... yaa. aku setuju. Aku akan segera menggelar upacara peresmiannya di Keraton dan aku ingin kau mendampingiku." Raja bertanya kepada perawat "apa dia sudah boleh keluar dari sini perawat??." Lalu perawat itu menjawab "tentu saja yang mulia... kau sudah boleh membawanya pergi, dia hanya perlu beberapa pemeriksaan terakhir saja sebelum ia bangun dan berjalan."

Keesokan harinya, satu hari sebelum upacara dimulai. Patih Meda datang ke Keraton sambil mengendarai kuda untuk bertemu Raja Wijaya. Dia sudah di tunggu di Keraton dan disambut dengan hangat untuk menhadiri acara minum teh bersama dan merayakan kepulanganya dari Bhadra. Raja Wijaya sudah menunggu di depan pintu Keraton bersama prajurit lainnya. Kemudian sampailah Patih Meda, alunan musik Gamelan dan suara nyanyian wanita cantik serta tarian yang dimainkan oleh beberapa wanita cantik di Keraton telah menyambut ketibaanya di Keraton.

Raja Wijaya: "selamat datang kembali di Keraton saudaraku" sambil tersenyum bahagia.

Marhapatih Meda: "terimakasih yang mulia" sambil membalas senyum sang raja dan memeluknya dengan hangat.

Raja Wijaya dan Patih meda berjalan menuju ruangan yang sudah disiapkan. Ruangan itu berpemandangan gunung-gunung yang indah yang mengelilingi Wonosari dan juga terdapat makanan lezat di meja yang panjang itu. Dan setelah jamuan makan siang mereka berdua berbincang mengenai hal apa yang harus dilakukan kedepannya. Di tengah perbincangannya itu Patih Meda tiba-tiba mengatakan:

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun