Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Situs Plered, Jejak Kebesaran Mataram yang Ternoda Ambisi Kekuasaan

8 Mei 2025   10:19 Diperbarui: 18 Mei 2025   20:52 7240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wilayah Mataram Islam masa Sultan Agung. Gambra:Repro dari Buku Sejarah Mataram, Karya Soedjipto Abimanyu.

Maka Amangkurat II adalah raja Mataram yang tidak memiliki mahkota. Sebab istana dikuasai Trunojoyo, selanjutnya Plered dikuasai Pangeran Puger, setelah Trunojoyo meninggalkan Plered. Sejak saat ini, muncul dua raja Mataram yaitu Amangkurat II di pengasingan, dan Pangeran Puger di istana Plered.

Amangkurat II memindahkan (membuat) ibukota Mataram ke Kartasura (1680). Karena secara garis politik ia adalah penerus Amangkurat I. Pangeran Puger dianggap sebagai perebut tahta Mataram. Maka, muncul dua kerajaan Mataram yaitu di Plered dan di Kartasura. Perseteruan keduanya berakhir setelah VOC campur tangan membantu Amangkurat II. Dan, Pangeran Puger yang bertahta di Plered berhasil dikalahkan.

b. Noda Hitam dan Prahara Mataram Masa Amangkurat I

Membahas tentang "noda hitam" dan prahara Mataram masa Amangkurat I, akan lebih focus pada pembahasan tentang kepribadian buruk Amangkurat I. Perangai yang tidak mendukung bagi kemajuan Mataram, diperkuat dengan sikapnya yang kooperatif terhadap VOC, sehingga dalam kurun waktu sekitar 30 tahun, Mataram benar-benar mengalami kehancuran. Setidaknya ada tiga langkah politik Amangkurat I yang menjadi pendorong keruntuhan Mataram:

1) Pemakaian Gelar

Amangkurat I ketika menjadi raja tidak menggunakan gelar Panembahan, namun Susuhunan. Melalui gelar tersebut, ia menginginkan agar raja mempunyai kekuasaan yang mutlak. Sikap inilah yang dalam praktik pemerintahan menimbulkan kerenggangan antara para bangsawan, elit kerajaan, maupun para ulama. Selanjutnya, ketika muncul ketidaksepahaman mereka dengan raja, mereka dibinasakan oleh Amangkurat I. Pemakaian gelar menuntun sikap Amangkurat I menjadi raja yang sewenang-wenang dan kejam.

2) Menghadapi lawan politik

Melakukan pembunuhan kepada siapa saja yang dianggap sebagai lawan politik. Praktik biadab ini diterapkan kepada beberapa elit kerajaan sebagai berikut:

(a) Tumenggung Wiraguna adalah pejabat Senior di Mataram. Ia menjabat di kerajaan sejak masa

Tumenggung Wiraguna adalah pejabat Senior di Mataram. Ia menjabat di kerajaan sejak masa Senopati. Kedudukannya sebagai Patih Mataram. Tumenggung Wiraguna adalah orang pertama yang disingkirkan Amangkurat I.

Penyebabnya adalah dendam Amangkurat I ketika di masa mudanya dihukum buang selama tiga tahun oleh raja, gegara Amangkurat I berbuat tidak senonoh pada istri muda Tumenggung Wiraguna. Ini kekejaman pertama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun