Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Setiap Orang Rentan Selingkuh dan Diselingkuhi

21 Juli 2025   12:37 Diperbarui: 21 Juli 2025   17:26 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pameran Sosial dan Forum Komunitas: Masyarakat bisa diajak berdiskusi melalui pameran interaktif, pemutaran film tematik, atau forum warga yang membongkar bersama narasi-narasi toksik yang normalisasi dalam budaya lokal.

3. Menghidupkan Ruang Refleksi Publik, Bukan Hanya Regulasi Formal

Yang paling penting, kebijakan sosial ini tidak boleh menjadi alat kontrol moral yang otoriter. Ia harus menjadi undangan kolektif untuk merenung, memahami, dan membangun sistem kekebalan sosial terhadap relasi yang disfungsional. Dalam hal ini:

  • Kebijakan menjadi fasilitator kesadaran, bukan polisi moral.

  • Negara berperan sebagai pendidik dan penyedia ruang aman reflektif, bukan penghukum.

  • Masyarakat didorong untuk memelihara kesadaran relasional sebagai bagian dari kesehatan mental dan kesejahteraan umum.

Singkatnya, transformasi relasi manusia tidak lahir dari larangan, tetapi dari pencahayaan kesadaran kolektif. Dan kebijakan yang baik bukan yang melarang tanpa memahami, tapi yang mendampingi pertumbuhan jiwa manusia menuju relasi yang lebih jujur, sehat, dan dewasa.

X. Kesimpulan

A. Merumuskan Ulang Perselingkuhan sebagai Fenomena Kompleks yang Manusiawi

Perselingkuhan, yang kerap direduksi sebagai bentuk pengkhianatan cinta atau pelanggaran moral individu, perlu direformulasi sebagai sebuah fenomena kompleks yang mencerminkan luka, kerentanan, dinamika kekuasaan, dan kekacauan kesadaran dalam sistem relasi manusia. Ia tidak lahir dari satu sebab tunggal, tetapi merupakan hasil interaksi berlapis antara kondisi psikologis, sosial, budaya, dan spiritual.

Melalui eksplorasi metaforis "flu psiko-emosional," kita memahami bahwa perselingkuhan tidak sekadar soal ranjang atau niat jahat. Ia dapat dimulai dari mikro-infeksi emosional---sebuah tatapan, dialog hangat, atau pelarian sesaat dari kekosongan yang tak tertutur. Namun, bila tidak dikenali, tidak direspons dengan kesadaran, ia bisa berkembang menjadi infeksi sistemik yang menghancurkan kepercayaan, identitas, bahkan seluruh bangunan hidup bersama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun