Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Setiap Orang Rentan Selingkuh dan Diselingkuhi

21 Juli 2025   12:37 Diperbarui: 21 Juli 2025   17:26 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

G. Lapisan 7: Sosial

Norma sosial dan budaya patriarkis sering kali menciptakan ruang ambiguitas yang memungkinkan perselingkuhan terjadi secara diam-diam. Laki-laki diberi pembenaran kultural atas "kebutuhan primalnya", sementara perempuan dibebani standar moral ganda. Di sisi lain, media, iklan, dan kapitalisme turut berperan dalam mengglorifikasi romantic escapism sebagai bentuk pelarian yang sah dan bahkan bergengsi.

H. Lapisan 8: Budaya

Definisi tentang apa yang dianggap "selingkuh" bervariasi antar budaya. Di Jepang, hubungan emosional bisa dianggap lebih dalam dari hubungan seksual. Di Indonesia, curhat intens atau koneksi digital bisa saja masuk zona merah. Oleh karena itu, pemahaman lintas budaya sangat penting dalam membedakan antara intimasi dan pengkhianatan.

I. Lapisan 9: Etika dan Moral

Di sinilah pertempuran antara nilai dan realitas menjadi sangat tajam. Sebagian orang merasa bahwa kejujuran mutlak justru bisa menghancurkan relasi. Lainnya menggunakan rational moral disengagement untuk membenarkan tindakan mereka. Kesetiaan bisa menjadi represi, namun ketidaksetiaan juga bisa menjadi bentuk penghianatan terhadap nilai inti. Etika relasi tidak lagi hitam-putih, tetapi menjadi medan dilematis yang membutuhkan refleksi mendalam.

J. Lapisan 10: Spiritualitas

Perselingkuhan sering kali berakar pada kekosongan spiritual. Individu yang tercerabut dari pusat jiwanya, yang kehilangan koneksi dengan makna, bisa terseret mencari "pengganti kehidupan" dalam bentuk relasi baru. Ironisnya, justifikasi spiritual seperti "kami soulmate" atau "ini bagian dari takdir" sering dipakai untuk membungkus perilaku yang sebenarnya lahir dari keterasingan spiritual.

K. Lapisan 11: Intergenerasional

Polanya sering kali diturunkan. Anak dari keluarga yang penuh pengkhianatan cenderung mereproduksi pola serupa---secara sadar maupun tidak. Teori transgenerational trauma menunjukkan bahwa luka yang tidak disembuhkan di generasi sebelumnya bisa menampakkan diri dalam bentuk perselingkuhan pada generasi berikutnya. Dalam konteks ini, selingkuh menjadi simbol pewarisan luka, bukan hanya pilihan sadar.

L. Lapisan 12: Teknologi dan Virtual

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun