II. Kajian Teori
A. Teori Sistem Kompleks Adaptif dan Aplikasinya dalam Studi Hubungan Internasional
Sistem Kompleks Adaptif (Complex Adaptive Systems/CAS) merupakan sebuah kerangka teoritik yang berasal dari interdisiplin sains, terutama fisika, biologi, dan teori sistem, yang kemudian diadopsi ke dalam ranah ilmu sosial dan hubungan internasional. CAS mengacu pada sistem yang terdiri atas banyak agen atau elemen yang saling berinteraksi, belajar, dan beradaptasi dalam lingkungan yang terus berubah. Karakteristik utama dari sistem ini adalah non-linearitas, emergensi, ketidakpastian, dan kemampuan untuk berkembang melalui mekanisme umpan balik.
Dalam CAS, aktor-aktor tidak bertindak dalam ruang hampa. Mereka saling mempengaruhi satu sama lain dan membentuk pola perilaku kolektif yang tidak dapat diprediksi hanya dari tindakan individu. Alih-alih melihat dunia secara mekanistik atau deterministik, CAS menawarkan cara pandang yang lebih realistis terhadap dunia yang penuh ketidakpastian dan keterkaitan. Konsep-konsep seperti tipping point, resilience, bifurkasi, hingga path dependency menjadi sangat penting dalam menganalisis dinamika hubungan antaraktor.
Dalam konteks hubungan internasional, CAS mulai mendapatkan perhatian sebagai cara untuk menjelaskan bagaimana sistem global berkembang, runtuh, atau bertransformasi tanpa satu pusat komando. Globalisasi, konflik asimetris, proliferasi teknologi, serta dinamika perubahan iklim dan krisis kesehatan global menunjukkan bahwa tatanan dunia tidak bekerja dalam kerangka hirarkis linier, melainkan dalam jaringan adaptif yang saling bergantung. Oleh karena itu, sistem internasional dapat dipahami sebagai ekosistem geopolitik, tempat negara-negara dan aktor non-negara bertindak sebagai agen yang terus menyesuaikan diri terhadap tekanan dan peluang yang muncul dari lingkungannya.
Dalam studi kebijakan luar negeri dan konflik global seperti isu Palestina, pendekatan CAS memberikan kerangka yang tidak hanya melihat siapa "kawan" dan siapa "lawan", tetapi lebih jauh lagi, bagaimana interaksi di antara mereka membentuk struktur kemungkinan yang selalu berubah. Pendekatan ini juga memampukan kita untuk memahami dinamika koalisi, fragmentasi, dan kemunculan aktor-aktor baru yang mungkin semula dianggap pinggiran tetapi dapat menjadi pemicu perubahan besar (fire from the fringe).
Beberapa studi sebelumnya telah menggunakan pendekatan CAS untuk menganalisis konflik di Timur Tengah, transformasi tatanan global pasca-Perang Dingin, hingga manajemen krisis multilateral. Meski demikian, belum banyak kajian yang secara sistematis mengintegrasikan enam kekuatan utama global (AS, RRC, India, Rusia, Indonesia, dan Turki) dalam kerangka CAS untuk memprediksi arah masa depan Palestina. Hal ini membuka ruang baru untuk pendekatan interdisipliner yang menggabungkan teori kompleksitas, geopolitik, dan etika internasional secara holistik.
Dengan mengadopsi kerangka CAS berbasis enam variabel utama---level interaksi, pola interaksi, probabilitas interaksi, bobot interaksi, stabilitas interaksi, dan output interaksi---penelitian ini menawarkan peta jalan analitis untuk membaca lanskap kekuatan yang sedang berubah dan potensi masa depan yang mungkin terbuka bagi Palestina. Bukan sebagai nubuatan tunggal, tetapi sebagai medan probabilistik dari berbagai skenario dan titik bifurkasi.
B. Definisi dan Penjelasan Enam Variabel Utama dalam CAS
Dalam upaya menerapkan kerangka Sistem Kompleks Adaptif (CAS) untuk menganalisis masa depan Palestina dalam dinamika multipolar global, penting untuk terlebih dahulu merumuskan enam variabel utama yang menjadi dasar model analitis. Keenam variabel ini tidak hanya saling berkaitan tetapi juga berperan dalam membentuk lanskap interaksi global yang dinamis dan tidak linier. Masing-masing variabel berikut memberikan dimensi yang berbeda dalam memahami sistem hubungan internasional sebagai medan adaptasi dan pertarungan makna.
1. Level Interaksi