Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prediksi Masa Depan Palestina dalam Dinamika Geopolitik Multipolar

2 Juni 2025   14:53 Diperbarui: 2 Juni 2025   14:53 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Pengembangan Model Kuantitatif Berbasis CAS:
Studi lanjutan perlu menyusun model kuantitatif yang dapat mensimulasikan perubahan pada masing-masing variabel CAS (seperti bobot dan probabilitas interaksi) berdasarkan data empiris diplomatik, ekonomi, dan militer. Ini dapat menggunakan pendekatan seperti agent-based modeling (ABM) atau network dynamics.

2. Kajian Komparatif dengan Konflik Lain:
Aplikasi model CAS dapat diperluas pada konflik-konflik lain seperti di Ukraina, Yaman, atau Taiwan. Dengan membandingkan konfigurasi interaksi antaraktor di berbagai konteks, kita dapat membangun tipologi sistem konflik (fragile, volatile, stable, transformative) yang berguna secara praktis.

3. Integrasi CAS dengan Data Big Data dan AI:
Penggunaan data besar dari media sosial, laporan intelijen terbuka (open-source intelligence), dan algoritma pembelajaran mesin (machine learning) dapat meningkatkan ketajaman prediksi sistem kompleks, serta mendeteksi gejala-gejala awal (early warning signals) dari perubahan drastis dalam sistem internasional.
4. Eksplorasi Interaksi Non-Negara dalam CAS:
Penelitian lebih lanjut juga sebaiknya memasukkan aktor non-negara---seperti kelompok perjuangan sipil, korporasi global, LSM, atau bahkan gerakan keagamaan---yang dapat menjadi node penting dalam dinamika sistem, khususnya dalam konteks Palestina yang sarat dengan tekanan sosial global.

5. Model Ko-Evolusi Sistem:
Disarankan untuk mengembangkan studi tentang bagaimana dua atau lebih subsistem (misalnya: sistem diplomasi dan sistem opini publik global) dapat saling memengaruhi dalam skema ko-evolusi adaptif. Ini akan memperkaya pemahaman tentang mengapa beberapa konflik stagnan, sementara yang lain dapat berkembang menuju resolusi atau bahkan transformasi total.

Dalam semesta hubungan internasional yang semakin mirip jaringan ekosistem biologis atau arsitektur neural kompleks, studi konflik tidak lagi sekadar soal siapa melawan siapa, tetapi soal bagaimana sistem bereaksi, beradaptasi, dan---pada titik-titik tertentu---bertransformasi. Model CAS menawarkan jembatan antara realitas dunia yang tidak pasti dengan kebutuhan untuk tetap merancang strategi yang rasional.

Masa depan Palestina, dan masa depan dunia, mungkin tidak dapat diprediksi dengan pasti---namun dapat diarahkan dengan bijak, asalkan kita mengerti cara sistem bekerja.

DAFTAR PUSTAKA

A. Teori Sistem Kompleks Adaptif dan Model Sistem Internasional:

1. Holland, J. H. (1995). Hidden Order: How Adaptation Builds Complexity. Addison-Wesley.

2. Axelrod, R., & Cohen, M. D. (2000). Harnessing Complexity: Organizational Implications of a Scientific Frontier. Basic Books.

3. Mitchell, M. (2009). Complexity: A Guided Tour. Oxford University Press.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun