Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ironi dalam 5 Revolusi Besar Dunia

15 April 2025   13:11 Diperbarui: 15 April 2025   13:11 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Revolusi Rusia 1917, terutama Revolusi Oktober yang dipimpin oleh Bolshevik, merupakan salah satu revolusi paling ideologis dalam sejarah modern. Dipandu oleh ajaran Marxisme dan dimatangkan oleh Leninisme, revolusi ini menjanjikan pembebasan total kaum proletar dari eksploitasi borjuis dan feodalisme. Tujuannya jelas: menciptakan masyarakat tanpa kelas, tanpa kepemilikan pribadi atas alat produksi, dan tanpa penindasan struktural.

Dengan menggulingkan Tsar Nicholas II dan membongkar sistem monarki absolut Rusia, para revolusioner menawarkan janji revolusi permanen---penghapusan kelas sosial, nasionalisasi sumber daya, dan penghapusan eksploitasi ekonomi. Dalam teori, ini adalah revolusi untuk rakyat, oleh rakyat, demi rakyat.

Namun, dalam praktik, yang terjadi justru antitesis dari narasi tersebut.

Munculnya Otoritarianisme Stalin

Setelah Lenin wafat pada tahun 1924, perebutan kekuasaan internal di dalam Partai Komunis melahirkan figur otoriter: Joseph Stalin. Dengan menguasai birokrasi partai dan memanipulasi ideologi Marxis-Leninis, Stalin membangun negara satu partai yang represif, sentralistik, dan kultus terhadap pemimpin.

Kekuasaan tidak lagi dijalankan secara kolektif oleh proletariat atau wakil-wakilnya, melainkan oleh birokrasi partai yang tertutup dan tak tersentuh. Rakyat tidak menjadi subjek perubahan, melainkan objek rekayasa sosial oleh negara. Kebebasan berpendapat dibungkam, oposisi diberangus, dan para mantan revolusioner yang tak sepaham dengan Stalin dihabisi dalam pembersihan besar-besaran.

Alih-alih pembebasan proletar, yang muncul adalah penindasan baru dalam wajah ideologi yang dibakukan secara mutlak dan tidak boleh digugat. Ide tentang masyarakat tanpa kelas justru dibajak menjadi legitimasi bagi kelas baru: elite partai.

Gulag dan Hilangnya Rakyat sebagai Subjek Sejarah

Salah satu ironi paling gelap dari Revolusi Rusia adalah institusionalisasi represi melalui sistem Gulag---kamp-kamp kerja paksa di mana jutaan orang, termasuk petani, buruh, intelektual, dan bahkan anggota partai sendiri, dipenjara dan dipaksa bekerja dalam kondisi tidak manusiawi. Banyak dari mereka dihukum tanpa pengadilan yang adil, hanya karena dianggap sebagai "musuh rakyat" atau "kontrarevolusioner".

Dalam konteks ini, rakyat tidak hanya kehilangan agensi politik mereka, tetapi juga eksistensi mereka sebagai manusia yang otonom. Dalam historiografi resmi Uni Soviet, mereka sering kali dihapus dari narasi sejarah atau dijadikan angka statistik kemajuan ekonomi.

Dengan demikian, Revolusi Rusia yang menjanjikan emansipasi total justru berubah menjadi mimpi buruk kolektif: sebuah distopia yang menyamar sebagai utopia. Revolusi gagal menjaga moralitas dan kesadaran akan tujuan awalnya, dan malah menciptakan sistem penindasan baru yang lebih canggih dan ideologis.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun