Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ironi dalam 5 Revolusi Besar Dunia

15 April 2025   13:11 Diperbarui: 15 April 2025   13:11 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kepemimpinan: Tanpa Manipulasi, Tanpa Dinasti

Nabi Muhammad SAW memimpin tanpa memanipulasi rakyat, tanpa membentuk kultus pribadi, dan tanpa menjadikan jabatan kenabian sebagai alat untuk membangun dinasti keluarga. Ketika beliau wafat, tidak ada suksesi dinasti yang diatur oleh keluarga beliau. Bahkan, menantunya Ali bin Abi Thalib baru menjadi khalifah keempat, jauh setelah Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Hal ini mencerminkan prinsip meritokrasi dan musyawarah dalam kepemimpinan, bukan sistem kekuasaan turun-temurun atau oligarki.

Tidak ada penyalahgunaan posisi kenabian untuk keuntungan pribadi atau kroni. Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW berbasis kepercayaan moral, bukan dominasi struktural. Ia hidup sederhana, menolak hidup mewah, dan tetap dekat dengan rakyatnya hingga akhir hayat.

Operasionalisasi Nilai: Teladan Hidup dan Sistem Sosial

Rasulullah tidak hanya menyampaikan nilai-nilai universal, tapi juga mengoperasionalkannya dalam bentuk sistem sosial konkret: mulai dari sistem ekonomi berbasis zakat dan larangan riba, perlindungan terhadap hak-hak perempuan dan anak yatim, penegakan keadilan hukum yang tidak pandang bulu, hingga penguatan solidaritas sosial melalui Piagam Madinah yang merangkul kaum Yahudi dan Kristen sebagai bagian dari komunitas politik.

Teladan hidup Rasulullah menjadi instrumen paling efektif dalam revolusi ini. Ia bukan hanya pembicara dan perancang, tetapi juga pelaksana nilai-nilai itu secara nyata: ikut menambal pakaian, memperbaiki rumah sendiri, dan terjun ke medan perang bersama pasukan, menghapus dikotomi antara elite dan rakyat.

Partisipasi Sejati Rakyat dalam Transformasi

Tidak ada revolusi yang melibatkan partisipasi moral dan eksistensial masyarakat seluas revolusi yang dipimpin Rasulullah SAW. Masyarakat yang awalnya tercerai-berai menjadi satu umat (ummah) yang terikat tidak oleh darah atau suku, tetapi oleh nilai dan komitmen etis. Islam tidak hanya mengubah institusi eksternal, tetapi mengakar dalam jiwa rakyat, menjadikan mereka agen transformasi, bukan sekadar objek kebijakan.

Para budak menjadi pemimpin (seperti Bilal), kaum perempuan menjadi penentu sejarah (seperti Aisyah), dan kaum miskin mendapatkan martabat yang selama ini dirampas oleh struktur sosial jahiliyah. Tidak ada ilusi yang dijual, dan tidak ada janji yang dikhianati.

7. Analisis Kritis: Apa yang Membuat Revolusi Muhammad Jujur?

Landasan Spiritual dan Integritas Pribadi

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun