Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ironi dalam 5 Revolusi Besar Dunia

15 April 2025   13:11 Diperbarui: 15 April 2025   13:11 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagai bagian dari pembahasan ilmiah yang lebih luas, perlu dipertimbangkan berbagai teori yang menantang atau bahkan bertentangan dengan tesis yang diajukan dalam kajian ini, yaitu bahwa revolusi sering kali gagal memenuhi janji-janji keadilan dan bahwa hanya Revolusi Spiritual Nabi Muhammad SAW yang dapat dianggap sebagai revolusi yang benar-benar jujur. Dalam lampiran ini, kita akan membahas beberapa teori yang mengkritik atau menantang ide bahwa revolusi sejati dapat tercapai hanya melalui perubahan spiritual dan moral yang bersifat holistik.

1. Teori Evolusi Sosial (Social Evolution Theory)

  • Herbert Spencer - Teori Evolusi Sosial: Spencer, seorang pemikir sosio-liberal abad ke-19, mengusulkan bahwa masyarakat berkembang melalui proses evolusi yang lambat dan organik, bukan revolusi yang cepat dan radikal. Menurut teori ini, perubahan sosial lebih baik dicapai melalui adaptasi dan reformasi bertahap daripada revolusi yang sering kali menyebabkan keguncangan besar dan ketidakstabilan. Teori ini menantang tesis kita dengan mengajukan bahwa revolusi yang bersifat radikal sering kali tidak diperlukan dan malah dapat merusak struktur sosial yang sudah ada.

  • George Simmel - Teori Perubahan Sosial: Simmel juga mengajukan gagasan bahwa perubahan sosial terjadi secara kontinu melalui interaksi sosial yang berkelanjutan dan bukan dalam bentuk pergeseran yang tiba-tiba seperti yang terjadi dalam revolusi. Dengan demikian, menurut Simmel, revolusi tidak harus menjadi proses yang besar dan dramatis, tetapi lebih pada perubahan yang perlahan dan terintegrasi, yang sering kali lebih berhasil dan stabil.

2. Teori Ketergantungan (Dependency Theory)

  • Andre Gunder Frank dan Teori Ketergantungan: Teori ini berpendapat bahwa ketidaksetaraan global tidak hanya disebabkan oleh faktor internal di dalam negara berkembang, tetapi lebih oleh ketergantungan ekonomi dan politik terhadap negara-negara maju. Dalam konteks revolusi, ketergantungan internasional ini menghalangi kemampuan negara-negara yang mengalami revolusi untuk mencapai kedaulatan sepenuhnya. Teori ini menantang tesis kita dengan mengajukan bahwa penyebab kegagalan revolusi bukan hanya terletak pada struktur internal negara, tetapi lebih pada pengaruh eksternal yang membatasi ruang gerak negara-negara berkembang.

  • Immanuel Wallerstein - Teori Dunia Terpadu (World Systems Theory): Wallerstein berargumen bahwa perubahan global hanya mungkin terjadi dalam kerangka sistem dunia yang terintegrasi, di mana negara-negara besar mendominasi negara-negara kecil. Dalam hal ini, revolusi di negara-negara berkembang sering kali gagal karena ketergantungan struktural pada sistem ekonomi dunia. Wallerstein menunjukkan bahwa revolusi yang jujur pun sering kali dihadapkan pada tantangan besar yang datang dari sistem global yang lebih besar dan tak terhindarkan.

3. Teori Politik Radikal dan Emansipasi Kelas (Radical Political and Class Emancipation Theories)

  • Antonio Gramsci - Teori Hegemoni: Gramsci mengemukakan bahwa perubahan dalam masyarakat lebih dipengaruhi oleh dominasi ideologi yang diterima oleh mayoritas, yang disebut hegemoni. Revolusi yang jujur, dalam pandangan Gramsci, tidak hanya tentang perubahan struktur kekuasaan tetapi juga tentang perubahan ideologis yang mengubah pandangan masyarakat tentang kekuasaan dan kelas. Meski ini berhubungan dengan tesis kita, Gramsci berpendapat bahwa revolusi harus berjuang tidak hanya melawan struktur politik tetapi juga terhadap ideologi dominan. Dengan demikian, ia menantang gagasan bahwa revolusi spiritual semata bisa mengatasi ketidakadilan kelas.

  • Frantz Fanon - Teori Revolusi Kolonial: Fanon, seorang psikolog dan pemikir post-kolonial, menyatakan bahwa revolusi adalah cara untuk mengatasi ketidaksetaraan dan penindasan yang terjadi di negara-negara yang dijajah. Menurutnya, revolusi adalah cara yang sah untuk membebaskan diri dari penindasan kolonial dan ekonomi. Teori ini menantang tesis kita dengan mengatakan bahwa meskipun spiritualitas penting, revolusi sosial dan politik yang radikal masih diperlukan dalam mengatasi ketidakadilan struktural yang ditinggalkan oleh kolonialisme.

4. Teori Kesejahteraan Negara (Welfare State Theory)

  • HALAMAN :
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
    Lihat Humaniora Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun