Mohon tunggu...
aries lailiyah
aries lailiyah Mohon Tunggu... Freelancer - pengamat budaya

Tertarik sosial budaya, sastra, studi Islam, pendidikan dan perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dia Ayy

23 September 2022   03:15 Diperbarui: 23 September 2022   03:17 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ketika mobil sudah sampai di parkiran Siloam, Ayy diam dan tidak beranjak turun, ia menunduk lesu. Aku membiarkan saja dia begitu, mungkin ia masih Lelah untuk melangkah, karena sudah hampir 10 menit aku memanggilnya tapi ia tidak memperdulikan hingga panggilan ke-4 ia baru menoleh kearahku kaget. Tadi dia melamun sepanjang itu.

"Mas maaf-maaf aku tak dengar, okey makasih mas Erla, kalau aku sudah sehat nanti kukabarin," katany lalu mencoba memencet tombol pintu. Beberapa kali ia mencobanya tapi tak bisa, aku sengaja menguncinya agar ia tidak keluar dulu.

"Mas pintunya error?," tanyanya dan aku menggeleng, dia jadi agak bingung. tanpa curiga ia kembali memencet-mencet tombol open di samping kirinya, saat ia sibuk mencoba membuka aku keluar dan membukakan pintunya dari luar.

"Ayy aku antar sampai kamar, aku akan pastikan kamu makan terlebih dahulu sebelum aku pergi," kataku dan dia menatapku agak lama tanpa komentar, memang keadaannya tidak begitu sehat, pandangannya agak sayu namun tetap memaksakan diri ke Siloam. Saat ia berjalan menaiki tangga ia seperti kehilangan keseimbangan, tiba-tiba tubuhnya lunglai dan terpelanting kebelakang karena posisi tangga yang tidak rata, dengan cepat aku memegang lengannya agar dia tidak terpeleset dan bisa-bisa kepalanya membentur lantai. Dia kaget dan dengan cepat pula memegang lenganku, erat.

"Tidak apa-apa, begitu saja," kataku tanpa digubrisnya, namun dia tetap memegang lenganku sangat kencang sampai di depan kamar berlian. "Makasih mas," katanya dan aku mengangguk seperti biasa, meski sebenarnya hatiku sedang berkecamuk tak karuan. Kemudian, aku buru-buru membuka pintu kamar A4 saat Ayy mencoba mendorong pintunya. Kulihat ia tersenyum sangat manis padaku, senyuman yang agak berbeda dengan sebelum-sebelumya. Kami melangkah masuk bergantian, di dalam ruangan nampak berlian terbaring lemah, meski mukanya sangat pucat tapi keterkejutannya menatapku tak bisa ia sembunyikan. Ia melirik Ayy dan Ayy bilang "mas Erla". Lalu dia melambaikan tangan sambil tersenyum, aku membalasnya dengan senyuman senang, lama juga tak bertemu dengannya. Kulihat ada kursi di pojok ruangan, aku segera menaruh makanan di meja dan mengambil posisi di pojokan. Aku merasa berat untuk pergi meninggalkan Ayy, terutama setiap kali aku menatap matanya.

"Mas, kau ada acara?," tanya Ayy dengan membawa air mineral.

"Gak ada Ayy, aku juga sedang malas kemana-mana," kataku membuat alasan, padahal aku menunda meeting dengan client agar aku bisa menemuinya dahulu.

"Sorry sudah merepotkan," katanya dan aku menyangkalnya "Biasa aja, kalau ada apa-apa jangan sungkan hubungi aku," kataku dan Berlian nampak semakin bingung melihat keadaan ini. Aku mencoba membiasakan diri diantara mereka, aku meletakkan tubuhku di sofa dan seakan-akan tertidur meski pada nyatanya aku tidak ngantuk. Untuk melepas kecanggungan orang lain, mungkin perlu dari kita yang harus memulai untuk membiasakan diri.

***


Antara Dua Hati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun