Mohon tunggu...
aries lailiyah
aries lailiyah Mohon Tunggu... Freelancer - pengamat budaya

Tertarik sosial budaya, sastra, studi Islam, pendidikan dan perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dia Ayy

23 September 2022   03:15 Diperbarui: 23 September 2022   03:17 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Mas bisa minta tolong?," suara itu, mirip suara Ayy. aku sedikit menengok dari celah tubuhnya yang tinggi dan tegab, hmm..dan benar ada Ayy dan Berlian.

"Baiklah, aku masuk dulu, semoga temanmu segera sehat," katanya padaku, namun dengan cepat aku masuk keruangan tersebut, meski kulihat lelaki yang belum kuketahui Namanya itu menatapku aneh dan segera mengikutiku untuk menahanku agar tidak mendekati Ayy dan Berlian.

"Eh mas maaf, katanya salah kamar?," tanyanya dan aku diam, kemudian Ayy menoleh dan menatap kami agak canggung.

"Bay maaf, aku tadi tidak bisa mengangkat telfonmu lagi," kata Ayy yang membuat lelaki itu melepaskan tangannya dari tubuhku.

"Ya tak apa Ayy," kataku.

"Hmm..bisa minta tolong ambilkan air di meja makan," kata Ayy, aku dan lelaki itu langsung mencari air putih bersamaan, karena dia jauh lebih tahu kondisi kamar ini, ia menemukan botol Aqua lebih duluan dan langsung memberikannya ke Ayy yang kedua tangannya sedang sibuk menyuapi Berlian.

"Oh iya..mas Erla, maaf ini temanku Namanya mas Lubab tapi aku memanggilnya Bay dan Bay ini teman kami Namanya mas Erla," kata Ayy saling memperkenalkan kami berdua. Perasaanku sangat tidak enak, jangan-jangan Ayy lama membalas pesanku karena sedang bersamanya. Aku pura-pura berjabat tangan dengan Erla untuk menghargai Ayy, tidak enak rasanya jika dia menganggpku cowok tidak bermoral. Kulihat Erla mulai tidak seramah pertama kali ketemu. Kami berdua duduk di sofa panjang dan memainkan handpone masing-masing.

Suasana senyaaap.....

***

Kematian: Perpisahaan Paling Elegant

Berlian tetap terjaga meski dilihatnya dua pemuda tertidur di sofa Panjang setelah terdiam cukup lama, kemudian pandangannya beralih ke sahabatnya yang sedang membaca buku The Geography of Faith -adalah serangkaian dengan buku The Geography of Bliss dan The Geography of Genius karya Eric Weiner. Ia nampak larut dalam setiap kisah yang ditulis Eric, tentunya sebagai jurnalis Bahasa yang digunakan tentu menarik dan tidak bikin bete. Hmm...sebenarnya bukan hanya pilihan buku best seller, namun buku tersebut merupakan salah satu pemberian Athar- lelaki yang hingga akhir hayatnya dicintai Ayy, tanpa jeda. Tidak semua orang mengerti bagaimana hati yang terluka, melupakan dan terus menjalani hidup? Tidak semudah yang orang bilang -MOVE ON- lalu semua akan baik-baik saja, meskipun tidak sedikit orang yang mudah untuk berganti, tapi Ayy dia butuh proses yang tidak sebentar, waktu yang telah berjalan hampir 2 tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun