Mohon tunggu...
aries lailiyah
aries lailiyah Mohon Tunggu... Freelancer - pengamat budaya

Tertarik sosial budaya, sastra, studi Islam, pendidikan dan perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dia Ayy

23 September 2022   03:15 Diperbarui: 23 September 2022   03:17 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tliittt...tllittt.... Suara handpone Ayy berbunyi, ia meminta maaf untuk mengangkat telfonnya sebentar karena sepertinya itu penting. dan ternyata benar, wajahnya sedikit panik ketika kembali kepadaku, "Mas maafkan aku, bukannya aku mengusirmu, tapi temanku sedang sakit dan sekarang ia nginap di Siloam, aku harus kesana sekarang," katanya sembari membereskan handpone, dompet, vitamin dan beberapa alat-alat perempuan yang kemudian dimasukkan kedalam satu tas warna hitam yang terbuat dari kulit.

"Bisakah aku mengantarmu?," tanyaku dan dia menoleh kearahku mencari kepastian.

"Bisa?," tanyaku kuulang dan dia mengangguk sambil tersenyum.

"Pas banget, makasih mas sudah mau kurepotkan," katanya dan sebelum ia mengunci kamarnya aku mengambil beberapa makanan yang tadi kubeli untuknya, sengaja kubawa dan nanti kukasihkan saat di Siloam.

Panasnya Yogyakarta pada pukul 13:00 WIB mencapai 37', ini cukup membuat ubun-ubun gosong. Beberapa lalu lintas nampak macet karena perbaikan jalan, bahkan untuk memutar jalan saja yang jika pada biasanya hanya 5 menit kini bisa menjadi 20 menit. Beberapa kali aku menatap wajah Ayy yang memng kurang sehat, ingin sekali bilang, tidurlah nanti aku bangunin kalau sudah sampai, tapi aku merasa tak enak, akhirnya aku membiarkannya menyenderkan kepalanya di atas bantalan kursi yang empuk. Kemudian handponnya kembali berdering, ia mengangkatnya dan menceritakan bahwa Berlian sedang sakit dan ia menuju ke Siloam, Ayy juga menceritakan kalau sekarang dirinya diantar teman lama yang berniat konsultasi. Suara diseberang sana memang tidak kudengar pasti, tapi sepertinya ia begitu protektif menanyakan dimana Ayy sekarang.

"Pacar?," tanyaku setelah Ayy menutup telfonnya.

"Bukan, teman," jawabnya santai.

"Kayaknya nanyanya rijit banget?," tanyaku.

"Ia dia mau ketemu, tapi aku belum tahu kapan bisa bertemu dengannya," jawabnya.

"Ngapain?," tanyaku kepo.

"Makan malam," jawabnya tanpa menanyakan kenapa aku se-kepo ini kepadanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun