Mohon tunggu...
aries lailiyah
aries lailiyah Mohon Tunggu... Freelancer - pengamat budaya

Tertarik sosial budaya, sastra, studi Islam, pendidikan dan perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dia Ayy

23 September 2022   03:15 Diperbarui: 23 September 2022   03:17 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

'Tok....tok," suara tanganku mengetok pintunya, tak ada suara. Beberapa detik kemudian, suara langkah kaki terdengar mendekat ke arahku. Sebelum pintu terbuka, lubang kecil di pintu menunjukkan sepasang mata yang mengintai. Kemudian...Kreek ...Ayy tanpa riasan dengan jilbab coklat membuatnya seperti gadis polos yang anggun.

"Mas Erla, kok tahu aku tinggal disini?," tanyanya terkejut dan aku hanya senyum-senyum gak jelas sambil masuk dan mencari kursi tamunya. Aku meletakkan beberapa makanan yang kubawa di meja makan yang lokasinya dibawah TV, meski tadi ia tidak mempersilahkan masuk.

"Ayy sakit apa?," tanyaku balik tanpa menjawab pertanyaannya tadi.

"Demam," jawabnya masih terheran-heran, tentu saja kami Sudah lama tidak berjumpa, bahkan bersapa helo saja tidak, hanya sebulan yang lalu ketika ketidaksengajaan mempertemukan kami, ya...hari itu yang membuat hidupku berubah.

"Eh mas kok repot-repot, sorry hari ini aku tidak menerima client," katanya canggung, meski sebenarnya aku juga.

"Nggak... kali ini aku gak akan maksa kamu jadi psikologku, aku kesini karena temen kamu," jawabku dan dia tersenyum renyah.

"Ohh... makasih," katanya lalu masuk ke dapur dan beberapa menit kemudian dia keluar dengan membawa minuman air putih serta es jeruk yang nampak segar.

"Ayy kau kan lagi sakit, gak usah repot-repot," kataku dan dia menggeleng "kan tamu," jawabnya dan aku bisa apa. Aku bosa basi menanyakan bagaimana perjalananya selama ini dan dia sepertinya memang sedang tidak mood membicarakan kisahnya, akhirnya dia hanya menjawab sekilas dan malah menanyakan kabarku dengan detail, memang beda rasanya ngobrol sama cew berisi dan tidak, karena setiap kalimat yang terlontar memiliki makna dan tujuan yang berbeda. Bahkan tanpa aku menceritakan masalahku dia bisa mengetahui jika hubunganku dengan Ellen telah usai.

Ada rasa malu menggeluti diriku, bagaimana tidak? aku dikenal dengan lelaki cerdas dengan segudang prestasi, memiliki bisnis dimana-mana dan dari keluarga berada, bagaimana bisa seorang cew meninggalkan aku karena ingin jadi PNS. Kan....ini seperti tidak mungkin. Aku bisa membangun puluhan bisnis, tapi tak mampu membangun satu rumah tangga.

"Ayy...kira-kira aku harus bagaimana?," pertanyaan yang akhirnya harus kulontarkan, meski dia tidak bertanya dan aku juga tidak mengkonfirmasi tentang pendapatnya, namun ucapannya sudah sangat nampak ia memahami masalahku.

"Mas maaf, aku tidak bisa memberikan saran apa-apa soal itu, karena itu adalah salah satu takdir yang harus kau lewati bersama waktu," katanya kemudian dan kupikir itu jawaban paling simple namun mengena, aku memang tak bisa menghindari perceraian, jadi memang inilah takdirku yang suatu waktu akan terjawab teka teki dari kisah ini. Ahgg... secara tak langsung aku memaksa Ayy untuk menjadi psikolog, meskipun tadi dia bilang tidak menerima client. Ternyata dia masih sama dengan dulu, menjaga persahabatan dengan baik, ia bukan tipikal perempuan yang mudah mengambil kesempatan dalam kesempitan. Mungkin itu kenapa aku menjadi nyaman saat bersama dengannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun