"Nggak usah. Saya cuma mau memperjelas duduk masalah sepeda Boby," ujarnya dengan nada suara datar.
"Oh..iya, Bu. Maafkan anak saya. Saya akan ganti. Siang ini saya akan ke toko sepeda. Mohon bersabar ya, Bu...."
"Baik kalau begitu. Ini faktur pembeliannya. Ibu bisa lihat nama tokonya. Beli lagi saja di sana. Supaya nggak salah beli. Di situ tertera merek dan tipenya. Beli yang sama persis ya, Bu."
Setelah menyodorkan faktur, Bu Susan celingak-celinguk ke dalam rumah. Mungkin mencari Alif. Tak menemukan Alif, dia langsung balik badan dan kembali ke mobilnya.
Setelah mobil itu berlalu, segera kubuka faktur. Langsung terbaca nama tokonya, Sahabat Jaya.
Pandanganku langsung beralih ke bagian bawah faktur. Tertulis di sana total nilai belanja Rp5.500.000.
"Astaghfirullaah..."
Harga sepeda itu lima setengah juta! Seketika segala persendianku terasa lunglai.
Bagaimana caranya aku bisa membeli sepeda semahal itu? Uang tabunganku tak lebih 500 ribu. Tadinya aku berfikir harganya hanya berkisar satu atau dua juta saja. Masih bisa kuusahakan mencari pinjaman. Tapi, ternyata lima juta. Sulit mendapatkan pinjaman sebanyak itu saat ini.
Cukup lama aku buntu. Sampai akhirnya terlintas sesuatu di kepala.
"Halo, ini toko sepeda Sahabat Jaya?"