Mohon tunggu...
Agustinus Gereda Tukan
Agustinus Gereda Tukan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Hobi membaca dan menulis. Selain buku nonfiksi, menghasilkan tulisan narasi, cerpen, esai, artikel, yang termuat dalam berbagai media. Minat akan filsafat, bahasa, sastra, dan pendidikan. Moto: “Bukan banyaknya melainkan mutunya” yang mendorong berpikir kritis, kreatif, mengedepankan solusi dan pencerahan dalam setiap tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kecewa Itu Manusiawi, Mengeluh Itu Pilihan

19 Agustus 2024   06:10 Diperbarui: 19 Agustus 2024   06:11 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kehidupan sering menghadirkan kekecewaan yang merupakan bagian alami dari pengalaman manusia. Reaksi terhadap kekecewaan adalah pilihan, dan mengeluh sering menjadi respons umum, meski tidak selalu mengatasi masalah. Artikel ini membahas konsep "Kecewa itu manusiawi, mengeluh itu pilihan," yang mengajak pembaca untuk menghadapi kekecewaan dengan bijaksana, serta menggali manfaat dari tidak mengeluh. 

Dengan belajar tidak mengeluh, individu dapat bertumbuh dari pengalaman, meningkatkan kualitas hidup dan hubungan sosial. Strategi juga akan dipaparkan untuk membantu menghadapi kekecewaan secara tenang, sehingga mengarah pada kedewasaan emosional. Semoga tulisan ini dapat memberikan inspirasi bagi kita semua untuk lebih bijak dalam menghadapi kekecewaan, memilih sikap yang membawa pada pertumbuhan, bukan pada kesedihan yang berlarut-larut.

Apa Itu 'Kecewa Tetapi Tidak Mengeluh?'

Ungkapan "Kecewa tetapi tidak mengeluh" merujuk pada kemampuan seseorang untuk merasakan kekecewaan tanpa membiarkan dirinya tenggelam dalam keluhan. Dalam konteks ini, "kecewa" menggambarkan perasaan tidak puas atau sedih ketika harapan atau ekspektasi tidak terpenuhi. Kekecewaan adalah bagian alami dari hidup yang dapat muncul dari berbagai situasi, baik dari pekerjaan, hubungan, maupun tujuan pribadi yang tidak tercapai.

Namun, yang menjadi penekanan dalam ungkapan ini adalah respons terhadap kekecewaan tersebut. Alih-alih mengeluh dan meratapi keadaan, orang yang memilih untuk tidak mengeluh berusaha menerima kenyataan, belajar dari pengalaman, dan tetap bergerak maju. Mengeluh, meski tampak sebagai cara untuk melepaskan emosi, sering tidak memberikan solusi nyata dan hanya memperburuk keadaan.

Menurut Viktor Frankl (2006), dalam Man's Search for Meaning, antara stimulus dan respons ada ruang. Dalam ruang itu terletak kekuatan kita untuk memilih respons kita. Dalam respons kita terletak pertumbuhan dan kebebasan kita. Dengan kata lain, pilihan untuk tidak mengeluh memberikan ruang bagi pertumbuhan pribadi dan kekuatan dalam menghadapi kesulitan.

Misalnya, seorang karyawan yang tidak mendapatkan promosi yang diharapkannya mungkin merasa sangat kecewa. Namun, daripada mengeluh dan menyalahkan atasan atau rekan kerja, ia memilih untuk introspeksi, mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan, dan bekerja lebih baik untuk mencapai tujuan tersebut di masa depan. Contoh lain, seorang mahasiswa yang gagal dalam ujian mungkin merasa kecewa dengan hasil yang diperolehnya. 

Alih-alih mengeluh tentang kesulitan ujian atau ketidakadilan dalam penilaian, ia memilih untuk memahami kekurangannya, mempelajari materi lebih dalam, dan mempersiapkan diri dengan lebih baik untuk kesempatan berikutnya. Dengan demikian, pilihan untuk tidak mengeluh dalam kedua contoh ini bukan berarti meniadakan rasa kecewa, tetapi bagaimana seseorang meresponsnya dengan sikap yang proaktif dan positif.

Penting untuk membedakan antara "tidak mengeluh" dengan sikap pasif atau menyerah. Tidak mengeluh bukan berarti menerima keadaan tanpa tindakan atau usaha untuk memperbaiki situasi. Sebaliknya, tidak mengeluh adalah bentuk tanggung jawab emosional karena seseorang memilih untuk mengalihkan energi yang biasanya digunakan untuk mengeluh ke dalam tindakan yang lebih produktif.

Sikap pasif, di sisi lain, bisa berarti menyerah pada keadaan tanpa berusaha mencari solusi atau perubahan. Seorang individu yang tidak mengeluh tetap aktif dalam mengejar perbaikan atau penyelesaian masalah, meskipun mungkin ia melakukannya dengan tenang dan tanpa keluhan yang berlebihan. 

Menurut Carol Dweck (2006), dalam Mindset: The New Psychology of Success, orang yang memiliki mindset berkembang melihat kegagalan bukan sebagai bukti dari kebodohan, tetapi sebagai jembatan menuju kesuksesan. Dengan kata lain, mereka yang tidak mengeluh memiliki mindset untuk terus berkembang, meski menghadapi kekecewaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun