"Apa saja yang dikatakan Ibu sebelum meninggal?" tanyanya.
"Apakah kamu benar-benar ingin tahu, maafkan kalau aku membohongi Miss Siska, aku tak ada pilihan lain," kataku.
"Apakah itu?"
"Dia memanggilku Nia, dia mengira aku adalah kamu," ujarku.
"Aku anak yang durhaka," katanya.
"Dia inginkan kamu waktu itu," ujarku.
"Yah, aku tahu, itu adalah saat-saat aku sangat marah kepada ibuku, hingga menengoknya saat sakit pun tak pernah, aku menyesal sekali, Suzan."
"Aku tahu isi perasaanmu, tetapi bagaimana kau bisa begitu marah?"
"Ya, seakan semua kesalahannya itu tak sanggup aku maafkan," katanya.
"Lalu kenapa menelponku?"
"Aku malas, pilihanku hanya kamu..."