Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - suka nulis dan ngedit tulisan

mencoba mengekspresikan diri lewat tulisan receh

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bagai Cangkang Kerang (Part 1)

23 Mei 2024   08:20 Diperbarui: 23 Mei 2024   10:17 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bagai Cangkang Kerang
Oleh Ninik Sirtufi Rahayu

Penumpang sudah hampir penuh, tetapi angkot tidak segera berangkat. Mana kondisi di dalam panas dan gerah pula. Berbagai jenis penumpang ada di dalam kendaraan berjenis Suzuki Carry bercat biru dengan identitas tertentu itu. Dua deret bangku memanjang menghiasi kiri kanan sehingga penumpang berhadap-hadapan itu.


Ya, angkot bercat biru dengan kode ABG itu sudah terisi full, bangku kanan berisi enam orang, bangku kiri empat orang berhadap-hadapan, paling  belakang ada satu kursi kecil penumpang menghadap ke depan, sementara jok depan duduk di sebelah kiri sopir berhimpitan dua orang gadis. Kenek masih berteriak-teriak.


"Ayooo ayooo satu lagi ... satu lagi ... lewat Borobudur langsung Gadang ...," teriaknya cukup lantang bersahutan dengan kenek-kenek jurusan lain.


Kulirik arloji di pergelangan tangan kiriku sudah menunjuk angka enam lebih. Namun, perjalanan panjang yang kuprediksi ternyata molor di terminal. Sebelumnya dari rumah aku diantar sepeda motor oleh salah satu karyawan ayah karena sopir sedang sakit dan kendaraan yang biasa dipergunakan untuk antar jemput pun masuk bengkel. Ya, sudahlah ... satu-satunya jalan memang harus naik angkot untuk menuju sekolahku.


Oh, ya ... namaku Cempaka. Aku terbiasa disapa dengan Aka. Sebagai bungsu dari tiga bersaudara, sering aku dianggap sebagai adik yang lembek, lemah, dan perlu dilindungi. Padahal, aku sendiri tidak mau diperlakukan seperti itu.



Kakak sulungku lelaki gagah bernama Gaharu dan dipanggil Aru. Kini ia sedang berkuliah di luar kota. Kak Aru mengambil jurusan Teknik Elektro di ITB, sedang menyelesaikan tugas akhirnya. Kakak keduaku perempuan bernama Cendana, dipanggil Ana. Kak Ana pun berada di luar kota, ia mengambil jurusan Psikologi di UGM semester kedua. Sementara, aku sendiri masih duduk di kelas sebelas salah satu Sekolah Menengah Atas swasta favorit di kotaku.


Kalau ditanya apa cita-citaku, aku selalu tidak berterus terang, tetapi selalu kubawa di dalam doaku agar apa yang kuinginkan tercapai. Akan tetapi, jauh-jauh hari kedua orang tuaku meminta agar aku tidak kuliah di luar kota. Beliau tidak ingin mencemaskan keadaanku, maka dimintanya aku mengambil jurusan sesuai keinginanku, asalkan tetap di kota kami.


Ada tiga perguruan tinggi negeri ternama dan banyak perguruan tinggi swasta yang berada di kotaku. Jadi, kedua orang tuaku membebaskanku untuk memilih jurusan, fakultas, dan universitas yang ada di dalam kota saja. Ditinggalkan sulung dan anak tengah ke luar kota rupanya membuat kedua orang tuaku menahan rindu yang sering membuatnya menderita.


Kedua orang tuaku memiliki usaha yang cukup berkembang. Ayah sebagai pegawai di salah satu kantor dan ibuku seorang wirausaha yang cukup terpandang. Karena itu, di rumah kami yang cukup besar ada beberapa karyawan yang membantu usaha ayah ibuku, ada dua sopir yang stand by mengantar anggota keluarga yang memerlukan jasa dan mengantar kami bertiga atau barang-barang yang hendak dikirim ke luar kota.


Ada juga gedung semacam paviliun di sayap kiri rumah induk yang dipergunakan untuk mengelola bisnis orang tuaku. Dengan demikian, sekalipun menjadi pengusaha, ibuku masih bisa berada di rumah mengawasi kami putra-putrinya sebelum berpencar ke luar kota untuk menggapai cita-cita masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun