Mohon tunggu...
AL Wijaya
AL Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis "Target Pertama", "As You Know", "Kembali ke Awal"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Batas (Bab 9)

5 Juni 2019   04:52 Diperbarui: 5 Juni 2019   05:11 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Kau masih punya aku. Aku akan membantumu melewati masa-masa sulit ini. Kau ingat janji kita kan?" tanya Ari.

Melani menggeleng. Pikirannya kini sangat kacau. Ia tak dapat berpikir jernih. Hatinya penuh sesak oleh kesedihan dan amarah. Ia sedih menerima kenyataan bahwa ternyata ayahnya sudah meninggal dan dikuburkan dengan sangat tidak layak. Ia marah kepada semua warga Artapuri yang memperlakukan ayah dan keluarganya dengan bejat di masa lalu.

"Ayolah Melani, kau sendiri yang mengatakan padaku untuk tidak berkubang di masa lalu. Kau bisa melewati ini semua. Terkadang memang ada orang yang datang dan pergi dalam hidup kita. Kita harus melanjutkan hidup kita."

Melani langsung melirik Ari. Ia tak terima dengan perkataan Ari. Seolah Ari menyuruh Melani untuk membiarkan begitu saja kematian ayahnya.

"Jangan ajari aku soal melanjutkan hidup. Tahu apa kamu soal melanjutkan hidup? Kalau kau bisa melakukannya, kau takkan masih terjebak di kota busuk ini." ucap Melani sambil menuding Ari.

"Aku tahu, aku masih belum bisa melakukannya. Tapi aku yakin aku akan bisa. Kau pun juga harus begitu. Bagaimana pun juga mereka sudah pergi dan tidak akan kembali. Tidak ada gunanya berlarut-larut dalam kesedihan."

"Jadi menurutmu aku tak perlu sedih akan kematian papaku? Aku tak perlu sedih melihat kelakuan orang-orang di kotamu kepada papaku??" Nada bicara Melani meninggi. Emosinya kian tak stabil.

"Bukan begitu maksudku..."

"Kau tidak mengerti Ari! Kau terlahir dengan wajah pribumi. Sedangkan aku? Gara-gara wajah Cinaku, aku selalu mendapat diskriminasi ras sampai sekarang. Coba kau lihat ini. Kau lihat!!" Melani menunjuk makam ayahnya. "Mereka memperlakukan papaku seperti binatang! Itu hal yang tidak akan kamu mengerti rasanya."

Ari terdiam sejenak. Kepala menunduk.

"Aku tahu, tapi itu takkan merubah keadaan. Yang sudah biarlah sudah lah, Melani." kata Ari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun