Senada dengan mereka, Rita pun terkejut. Ia langsung melirik para penggosip itu. Telinganya kini ia pasang dalam-dalam. Berani sekali mereka menggunjing Ari!
"Kasihan ya, bu... Kalau Dokter Herman dan Linda masih ada, mereka pasti akan mendidik anak itu dengan baik, dengan penuh ajaran agama." kata Jihan yang berjilbab merah muda.
"Benar itu, bu. Yang didik sekarang saja model begitu. Pantas jauh dari agama." imbuh Ratna.
"Benar-benar keluarga yang diazab." kata Dina.
Rita sudah tak tahan lagi mendengar gunjingan mereka. Telinganya sudah panas, apalagi hatinya. Emosi yang selama ini ia pendam akhirnya termuntahkan. Rita berbalik mendatangi ibu-ibu itu.
"Kalian sedang membicarakan apa?" tanya Rita dengan nada kesal.
Dina memandangi Rita dengan tatapan jijik. "Apa urusan anda ya? Suka-suka kami dong mau bicara apa."
"Kalian membicarakan keponakanku kan? Kalian boleh menjelek-jelekkanku seenak hati. Tapi aku takkan membiarkan kalian juga menjelek-jelekkan keponakanku!" kata Rita melawan.
Dina maju selangkah seolah menantang Rita. "Memang benar kelakuan keponakanmu sekarang seperti binatang yang tak tau adat. Dia sudah melakukan tindakan mesum di hotel bersama wanita Cina. Itu semua karena kamu tak becus mengurusnya. Memangnya agamamu tidak mengajarimu cara mendidik anak?"
Emosi Rita memuncak. "Memangnya agama anda mengajari anda membicarakan keburukan orang lain? Kalau iya, cari saja agama lain."
"Kamu jangan menista agama saya ya, dasar perempuan mandul!"