Ari mendekati Melani. Ia menepuk pundak wanita itu. Ari ingin memberikan dukungan moril pada Melani. Saat ini ia pasti terguncang. Selama ini ia berusaha mencari ayahnya, namun ia malah menemukan kenyataan bahwa ayahnya telah meninggal.
"Mel..." panggil Ari lirih.
"Tidak. Ini pasti suatu kesalahan. Ini tidak mungkin papaku." sangkal Melani.
"Melani..." Ari memanggil Melani sekali lagi untuk menyadarkannya.
"Tidak. Mereka pasti bohong padaku. Orang Artapuri. Aku seharusnya tak mempercayai mereka." kata Melani sambil menggelengkan kepala.
Ari menggeleng. Ia memeluk Melani. Melani justru meronta. Ia masih tak bisa menerima kenyataan.
"Aku harus menggali kuburan ini. Aku akan melakukan tes DNA. Mereka pasti salah."
"Melani, tolong.... Hentikan.."
Melani mendorong tubuh Ari. "Kau tak tahu rasanya."
"Aku tahu, Mel. Aku pernah ada di posisimu. Kehilangan kedua orang tua kita adalah hal terburuk dalam hidup semua manusia." kata Ari.
"Itu tidak sama. Kau masih punya om dan tantemu dan semua orang di sekelilingmu yang menyukaimu. Aku apa? Kepada siapa lagi aku harus mengadu? Aku tak punya siapa-siapa lagi."