Mohon tunggu...
Alief Rahman
Alief Rahman Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Bahasa dan Sastra

-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Awan-awan Kastil Malbork

21 September 2021   18:29 Diperbarui: 25 September 2021   10:16 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kuda ini akan kehilangan sayapnya jika kalian sampai ke Kota kalian."

"Yang benar?! Terima kasih!" Orin memegang tangan Peri itu.

"Terima kasih, Peri. Kami tidak akan mengecewakannya."

"Aku akan mengingat wajah kalian semua. Jika tidak ada perubahan di Kota, aku tidak bisa membantu lagi." Lalu Peri itu pergi masuk ke dalam Rumah, mereka berempat menggunakan kuda yang Peri itu ambil, dan menaikinya untuk mengambil barang-barang yang tertinggal di Penginapan.

"Sebaiknya kita jangan terbang untuk menuju ke sana, akan banyak warga yang melihat." Farliy memimpin dan berjalan di depan.

Sesudah mereka mengambil barang-barang, Farliy membuka peta, Rocco menunjukkan arah mata angin untuk menuju ke Gunung tersebut. Keempatnya pergi menuju taman Kota supaya bisa mengendalikan kuda yang baru-baru ini diberi mantra terbang. Orin yang mencoba kuda itu pertama, dirinya lumayan kesulitan untuk mengendalikannya.

"Orin, coba lah kau menyatu dengan kuda itu anggap dia sebagai teman, perlakukan mereka dengan halus!" Rocco meneriakkannya dari kejauhan, Rene yang selanjutnya mencoba. Ia melakukan ancang-ancang terlebih dahulu, dan kuda itu berlari lalu terbang sambil mengepak-ngepakan sayapnya. Orin dan Rene sudah berada di atas langit. Giliran Farliy dan Rocco sekarang, mereka berdua cukup tegang dibuatnya.

"Baik kuda gagah, sekarang giliran kita." Farliy memegang talinya dengan erat, Rocco duduk di depan Farliy. Kaki kuda itu melaju dengan kencang, kedua sayapnya beradaptasi dengan cepat. Farliy bersama Rocco sudah ada di udara sekarang.

"Oke semuanya! Kita pergi menuju Gunung Snezka!" Kuda-kuda itu melesat menabrak awan-awan yang diatasnya, ketinggiannya cukup membuat mereka pingsan jika melihat ke bawah. Akan tetapi ini pengalaman yang sangat jarang, setelah kuda itu seimbang di atas langit, ketiga orang itu melihat pemandangan dunia dari atas. Rocco menutup matanya dan tidak berani untuk memandang.

"Orin, Rene... pemandangan ini sangat menakjubkan." Rambut panjang lelaki itu berterbangan.

"Wah, ini sangat indah!" Rene membalas, kedua mata Orin tidak dapat berpindah sekalipun. Dengan cepat mereka melewati sebuah Danau besar, perkampungan, Lantas mereka dihadapkan oleh sebuah Gunung besar, itu lah Gunung Snezka di mana Bunga yang mereka cari berada di puncaknya. Belum ada manusia yang bisa pergi ke puncak teratas, namun mereka berhasil.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun