Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bukan Salahmu

24 Agustus 2017   06:12 Diperbarui: 24 Agustus 2017   12:13 1222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tanpa kata, Wahyu menuntun Tuan Calvin bangun dari tempat tidur. Membantunya berwudhu. Waswas mengawasi Tuan Calvin yang tetap nekat melakukan shalat dalam posisi berdiri. Bagaimana jika ia terjatuh? Bagaimana bila ia drop di tengah-tengah shalatnya?

Sembunyi-sembunyi Wahyu melempar pandang penuh empati pada teman baiknya itu. Tak pernah terbayangkan olehnya jika Tuan Calvin ditinggalkan sendirian. Wajar Nyonya Calisa cemas.

Dalam kondisi sakit, Tuan Calvin memiliki semangat beribadah yang tinggi. Ibadah terus berlanjut meski tubuh digerogoti penyakit berbahaya. Sudut pandang yang sangat dikagumi Wahyu.

"Tidurlah lagi. Subuh masih lama." Wahyu menyarankan setelah Tuan Calvin menyelesaikan shalatnya.

"Tidak. Aku ingin menulis artikel." tolak Tuan Calvin.

Wahyu tak habis pikir. Tuan Calvin seakan mempunyai kekuatan dan kemampuan lebih untuk berbuat sesuatu sekali pun sedang sakit. Pria berparas oriental itu memang inspiratif. Nyonya Calisa pernah mengatakannya pada Wahyu. Sekarang Wahyu sepakat dengan Nyonya Calisa.

Diambilkannya laptop milik Tuan Calvin. Dipastikannya Tuan Calvin dapat menulis dengan nyaman. Agak sulit menulis dengan beberapa peralatan medis terpasang di sana-sini. Bukan Calvin Wan namanya jika menyerah begitu saja. Ia pasti bisa.

"Sebenarnya, apa tujuanmu one day one article di media jurnalisme warga itu?" selidik Wahyu.

"Berbagi dan belajar. Dengan menulis, banyak hal bisa dipelajari." sahut Tuan Calvin.

"Hebat...tapi jangan lupakan kesehatan. Banyak-banyak istirahat, okey? Kalau Ccalisa sudah pulang, kamu harus sehat. Sebentar lagi Calisa kan ulang tahun. Masa kamu sakit di hari ulang tahunnya?"

Tanpa perlu diingatkan, Tuan Calvin tahu sebentar lagi istrinya berulang tahun. Sembilan September adalah ulang tahun Nyonya Calisa. Tuan Calvin paham kebiasaan Nyonya Calisa di hari ulang tahunnya. Ia akan mengosongkan semua jadwal kegiatan dan melewatkan hari bertambahnya usia hanya dengan orang-orang yang dia inginkan kehadirannya di hari spesial itu. Kalau perlu, Nyonya Calisa akan menonaktifkan semua notifikasi di sosial medianya. Ia hanya mau chat atau berkomunikasi dengan orang-orang tertentu saja yang bisa dipercayainya. Itulah satu kebiasaan Nyonya Calisa dari tahun ke tahun. Nyonya Calisa lebih suka menutup diri dan aktivitas di hari ulang tahunnya. Hanya membatasi dengan orang-orang tertentu saja. Wanita berdarah Sunda-Belanda itu ingat hari lahir teman-temannya. Namun hanya sedikit orang yang tahu ulang tahunnya.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun