Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

The Broken Wings of Angel ~ The Wedding #Part 26

28 November 2015   00:05 Diperbarui: 1 Desember 2015   21:49 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Lalu apa yang benar?" potong Nicky, "semua itu.....itu nyatanya Liana, kau tak pernah takut saat Rizal menyentuhmu kan, kau senang-senang saja! Dan.....," Nicky ingat senyuman Liana itu, "kau tersenyum padanya Liana, kau tertawa bersamanya, sama seperti saat kau tertawa bersama kakek, tapi sedikitpun....kau tak pernah lakukan itu padaku. Aku selalu menampik pemikiran buruk terhadapmu, apalagi saat ku tahu kau memiliki darah biru, aku pikir....kau tak mungkin seperti itu...ha...ha...ha...," Nicky tertawa pedih, "tapi kenapa tidak, bukannya tidak mungkin kan....kau bisa melakukan semua perbuatan tak bermoral itu?" Liana sungguh tak mempercayai ucapan Nicky saat ini.

"Mengingat dimana lingkunganmu tumbuh dewasa, kau tentunya belum lupa kan? Tak peduli darah apa yang mengalir di tubuhmu, Liana. Kau...tumbuh di jalanan, kau...hanya seorang wanita liar, pencopet jalanan, yang mungkin bahkan tidak punya moral, tidak heran jika kau suka tidur dengan semua pria!" teriaknya berbalik membuka pintu dan meninggalkan kamar itu.

Liana mematung, sekali lagi, ia merasa seperti ada petir dasyat yang menyambar telinganya, mencabik hatinya, melantahkan jiwanya. Ia menutup mulutnya dengan tangan saat buliran bening deras mengucur dari matanya tiada henti, isaknya pedih dalam diam, ia ingin menjerit tapi suaranya seperti hilang entah kemana. Seketika ia biarkan tubuhnya bersimpuh di lantai tak berdaya dengan sesenggukan hingga membuatnya sulit bernafas, bagaimana bisa Nicky berbicara seperti itu? Pria itu jelas tahu apa yang Rey lakukan terhadap dirinya, trauma itu juga jelas bukan rekayasa, lalu Rizal.......ia yakin itu hanya jebakan. Tapi kenapa Nicky bisa berfikir seperti itu?

Nicky membuka ruang kerjanya dengan keras, membiarkan pintunya terbuka lebar sementara dirinya menghempaskan tangannya di meja seolah ia ingin meremukan meja itu. Nafasnya masih naik turun tak beraturan, rasanya sedikit lega setelah ia meluapkan semua pemikiran yang menggeluti otaknya sejak semalam. Nafasnya mulai teratur perlahan, bersamaan dengan itu pula ia mulai mengingat tiap detail kata yang ia lemparkan terhadap istrinya, dan itu membuatnya tercekat seketika. Ia baru saja menyadari setiap suku kata yang ia ucapkan, "oh my god!" desisnya lirih.

Ia menegakan tubuhnya seraya menyeka wajahnya dengan telapak tangan, apa yang kau lakukan Nicky? Apa yang tadi kau ucapkan? Haruskah kau berbicara seperti itu? Sekarang bagaimana?

* * *


Setelah cukup lama Liana bersimpuh dalam tangisnya, ia segera menyadari semuanya. Tak ada gunanya menangis seperti itu di sini, ia tak bisa tinggal. Bagaimana ia bisa tinggal jika suaminya sendiri telah merendahkan moralnya, jika dimata suaminya ia sehina itu. Ia menyeka seluruh airmata yang membuat wajahnya kusut dan matanya bengkak, ia menghela nafas dalam lalu bangkit. Ia bukan wanita lemah, yang bisa di hina seenaknya seperti itu, ya...dulu ia selalu melawan jika ada yang berniat melecehkannya, lalu kenapa sekarang ia harus diam saja?

Dengan langkah mantap meski harus terseret dengan keadaan kakinya Liana berjalan keluar kamar, ia sempat terhenti beberapa meter di luar ruang kerja Nicky yang masih terbuka lebar, lalu ia kembali melangkahkan kaki lebih pelan hingga masuk hanya satu meter di dalam ruangan itu. Nicky sedang berdiri di dekat jendela, tadinya ia sedang sedikit mondar-mandir tapi ketika merasakan ada kedatangan seseorang ia segera pura-pura bersikap tenang, melirik dari ekor matanya ia melihat Liana berdiri di dekat pintu.

Kira-kira apakah yang akan Liana lakukan atau katakan? Menjelaskan lagi bahwa semua itu tidak benar, lalu dirinya juga akan minta maaf karena telah berbicara kasar? Tapi apakah ia punya keberanian untuk minta maaf atas ucapannya beberapa saat lalu itu?

"Aku sedang tak ingin di ganggu!" kata Nicky mencoba sok cold, padahal ia sedang ingin menyembunyikan rasa sesalnya, "jangan khawatir, aku bukan datang untuk menganggu!" suara Liana cukup tenang, bagaimana bisa? "bahkan setelah ini...kau tak perlu risau dengan kehadiranku lagi. Karena...aku bukan hanya akan keluar dari ruangan ini, tapi juga dari rumah ini!" tegas Liana. Nicky terperanjat, ia ingin menoleh tapi egonya melarangnya, mungkin Liana hanya menggertak. Atau....hanya bercanda, tapi dalam keadaan seperti ini apakah masih bisa di gunakan untuk bercanda?

"Karena aku merasa.....sudah tidak ada gunanya....kita tinggal satu atap, satu kamar, jika sudah tak ada lagi kepercayaan. Iya bukan, kalau memang kau merasa aku seperti itu selama ini....seharusnya kau tak perlu menikahiku! Atau...kau juga berfikir....bahwa aku yang meminta kakek untuk memaksamu menikahiku, begitu? Heah...he...he...terserah, aku....aku tak peduli dengan anggapanmu lagi!" suara Liana ia rasanya pedih di telinganya, "kau benar Nicky, aku...memang tumbuh liar di jalanan, aku memang hanya seorang pencopet," suaranya mulai bergetar, "dan bahkan...tidak punya harga diri, tapi....tapi aku bukan pelacur yang tidur dengan semua pria yang ku temui!" airmata kembali meleleh di pipinya, membuatnya kembali sulit berucap,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun