"Nyonya!"
Tapi Liana hanya terisak di sana.
* * *
Rizal duduk melamun di tempatnya yang dulu, ia kembali ke rumah tua dimana ia tinggal bersama teman-temannya yang jarakya sekitar dua ratus kilometer dari dimana Liana tinggal dulu setelah Liana memutuskan untuk tinggal bersama anak-anak itu setelah mereka menjadi yatim piatu.
Ia masih mengkhawatirkan keadaan Liana, dengan tidak adanya dirinya di rumah itu ia yakin Ivana akan semakin leluasa menjalankan rencananya. Mungkin saja apa yang terjadi semalam juga ada hubungannya dengan Ivana, mungkin itu salah satu perbuatannya. Tapi sekarang bagaimana, bagaimana ia bisa memantau jika jauh seperti ini.
"Woi Jal, loe kenape?" tanya Panjul menepuk punggungnya,
"Gue khawatir sama Liana!"
Ia kembali ke bahasanya yang dulu.
"Emang ada apaan sih sampai lie keluar dari tuh rumah gede?"
"Ceritanya ribet, loe nggak bakalan ngerti, dan gue nggak yakin loe mau denger ceritanya!"
"Alaaaah, paling-paling lakinya si Liana cemburu sama loe, iya kan?"