Mohon tunggu...
Willem Nugroho
Willem Nugroho Mohon Tunggu... Lainnya - Seseorang yang belajar menulis.

.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Biarkan Sungai Bercerita #2: Bagian yang Terdahulu

11 Juli 2021   12:09 Diperbarui: 11 Juli 2021   12:22 821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Enda  kok. Aku anak dari Pak Kusmin dan Bu Rahayu. Jadi aku orang dusun ini juga"

Mendengar pernyataan Ariani, Jumari baru menyadari bahwa Pak Kusmis dan Bu Rahayu tidak berkunjung berdua saja.

"Hmm..Apa kamu enda keberatan? Setahuku di kota kabupaten akan lebih menjanjikan." Jumari mengerutkan dahi tanda penasaran"

"Bapak dan ibuku sudah tidak lagi sanggup untuk membiayai sekolah sekaligus tempat tinggal di kota kabupaten. Jadi aku harus mengalah" Tandas Ariani dengan raut sedih.

Jawaban Ariani itu hanya membuat Jumari termenung.

**

Dua hari semenjak Jumari bertemu dengan Ariani. Si perempuan di atas batu sungai itu. Tradisi Kunjung Dusun semakin semarak dengan berbagai acara yang diselenggarakan di lapangan dusun. Disana terdapat berbagai wanaha pasar malam dan pertunjukan wayang yang menjadi perimadona warga dusun. Pertunjukan wayang kulit akan diadakan 2 hari lagi. Yaa, maklum dusun dipesisir sungai ini tidak tersentuh hingar-bingar  tiap malam.

Jumari menyisir rambutnya yang basah kebelakang. Remang lampu cemprong menjadi penerang yang setia berkawan dengan suara deru aliran sungai. Malam ini adalah malam yang istimewa. Jumari akan datang ke pasar malam bersama dengan dengan perempuan itu. Ariani. Perempuan yang membuat Jumari jatuh hati sejak kali pertama.

Sepeda Ontel Bapak sudah dipersiapkan Jumari sedari sore.  Ia tidak mau hal koyol merusak momenya bersama Ariani. Setelah semua siap Jumari mengayuh sepedanya menyusuri jalan dusun yang penuh dengan lampu warna warni menuju ke Rumah Ariani. Kunag-kunang menjadi layaknya bintang menyelinap diantara daun.

Jumari membunyikan lonceng sepedanya setibanya didepan Ruamah Ariani kring...kring...kring. Rumah itu masih sama terbuat dari anyaman bambu seperti Rumah Jumari. Halamannya cukup luas dan dipenuhi Bunga Bankung berwarna putih. Gulma juga menumbuhi sebagian dari halaman beralas tanah itu.

Tidak seberapa lama muncul perempuan dari ambang pintu rumah itu. Ia menyapa Jumari dengan mengakat tanganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun