Mohon tunggu...
Willem Nugroho
Willem Nugroho Mohon Tunggu... Lainnya - Seseorang yang belajar menulis.

.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Biarkan Sungai Bercerita #2: Bagian yang Terdahulu

11 Juli 2021   12:09 Diperbarui: 11 Juli 2021   12:22 821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jumari duduk dibangku kelas 3 SMA. Bekas Sekolah rakyat adalah satu-satunya sekolah tingat menegah atas yang ada bagi warga sepanjang aliran sungai. SMA Negeri Kapal Hulu namanya. Sekolah ini terdiri dari tiga tingkatan yang masing-masing memiliki satu kelas.

" Siapa diantara teman-teman yang tidak mngerjakan tugas yang saya berikan?" Tanya Pak Muklis dengan dana tegas.

Keringan dingin mengucur membasahi pakaian Jumari mendengar pertanyaan dari Pak Muklis itu. Sial. Jumari baru menyadari bahwa dia belum mengerjakan tugas yang diberikan minggu lalu.

"Siapa diantara teman-teman yang belum mengerjakan tolong berdiri? Tambah Pak Muklis sembari melihat sekeliling kelas.

Dengan raut wajah kwatir seperti kepiting rebus Jumari memberanikan diri untuk berdiri bersama dengan Tohar yang bernasib sama dengannya.

" Lebih baik mengakui kesalahan dan mengubah diri daripada berbohong" Guman Jumari dalam hati yang getir.

"Baik, tolong untuk Jumari dan Tohar hormat pada tiang bendera di lapangan. Kalian berdua juga sudah nyaris terlambat hari ini, jadi itu konsekuaensi yang setimpal. Cepat." Tegas Pak Mukslis dengan mata melotot tajam.

**

Matahari semakin berjalan menuju kebarat. Jumari dan Tohar masih setia berdiri tegap. Sudah 2 jam kiranya mereka berdiri didepan bendera. Bendera yang berkibar gagah diatas tiang bambu sederhana. Tohar mencuri kesempatan untuk duduk bersila selagi halaman sekolah sepi dan semua guru sibuk.

Beberapa waktu terlihat seorang perempuan dengan rambut panjang sebahu dari kejahuan. Ia keluar dari ambang pintu ruang kepala sekolah. Rambutnya hitam berkilau terkena terik matahari. Seragamnya masih bersih. Wajahnya teduh, manis, dan (mungkin) itu menggambarkan sifatnya.

" Hai, Tohar siapa perempuan itu? Tanya Jumari sambil mencuri pandang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun