Mohon tunggu...
吳明源 (Jonathan Calvin)
吳明源 (Jonathan Calvin) Mohon Tunggu... Administrasi - Pencerita berdasar fakta

Cerita berdasar fakta dan fenomena yang masih hangat diperbincangkan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengurangi Ketergantungan Beras (Bagian 2)

16 Maret 2024   09:01 Diperbarui: 18 Maret 2024   13:17 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: britannica.com/

BACA PART 1 LEBIH DULU

Dalam pembentukan contract farming, selain beberapa keuntungan yang diperoleh tentunya terdapat beberapa hambatan, ancaman atau kerugian yang dapat menghambat penetrasi contract farming di masyarakat seperti ketentuan kontrak yang tidak jelas atau tidak adil mengenai penetapan harga yang tidak adil, atau distribusi risiko dan manfaat yang tidak merata antara petani dan perusahaan; kurangnya kepercayaan antara petani dan perusahaan kontraktor, atau kurangnya transparansi dalam komunikasi dan pembagian informasi, dapat menghalangi petani untuk berpartisipasi; terbatasnya akses terhadap informasi tentang peluang pertanian kontrak, atau kurangnya sumber daya (misalnya modal, keahlian teknis) yang diperlukan untuk berpartisipasi secara efektif, dapat menghambat minat petani. Contract farming juga memiliki kekurangan lainnya seperti : berkurangnya otonomi petani karena petani mungkin memiliki lebih sedikit kendali atas keputusan produksi mereka, seperti tanaman apa yang akan ditanam, metode bertani, dan penggunaan input seperti pupuk dan bibit; petani juga rentan akan eksploitasi oleh perusahaan besar dengan menawarkan persyaratan kontrak yang tidak adil, seperti harga rendah, biaya input yang tinggi, atau pembatasan penjualan kepada pembeli lain; petani juga rentan bergantung pada input yang disediakan oleh perusahaan, seperti benih dan pupuk yang dapat membuat petani bergantung pada perusahaan dan berpotensi rentan terhadap fluktuasi harga.

Dengan berbagai kelebihan dan kekurangan dari contact farming, ada solusi kedua yang dapat diterapkan dalam mengatasi serta mengantisipasi melambungnya harga beras dengan mempromosikan bahan karbohidrat lokal selain beras. Banyak bahan makanan yang mengandung karbohidrat yang lebih mengenyangkan apabila merujuk pada anekdot "orang belum kenyang kalau belum makan nasi".  Mengapa anekdot tersebut begitu melegenda di Indonesia?

Nasi putih merupakan salah satu makanan yang tinggi akan kandungan indeks glikemik. Indeks glikemik sendiri merupakan nilai yang menggambarkan seberapa cepat karbohidrat yang terdapat dalam makanan diubah menjadi gula oleh tubuh manusia. Makanan tinggi glikemik mampu memicu respon ketagihan di dalam otak yang membuat kita ingin makan nasi terus. Karena sudah kebiasaan, otak akan terus "meminta" untuk makan nasi, meskipun kita sudah kenyang dari sumber makanan yang lain. Selain nasi, ternyata ada beberapa jenis makanan lain yang masuk dalam kriteria makanan dengan indeks glikemik tinggi seperti roti, kentang, dan gula konsentrat. 

Studi terbitan Clinical Chemistry (2018) menjelaskan bahwa bertambahnya glukosa dan insulin bisa meningkatkan kadar dopamin. Efeknya, kita ingin mengulangi makan nasi lagi. 

Asupan nasi yang mengandung indeks glikemik tinggi mengakibatkan kadar glukosa darah dan insulin naik dan turun dengan cepat. Lonjakan glukosa darah terkait erat dengan perubahan kadar insulin. Glukosa dan insulin keduanya memberikan sinyal secara langsung dan tidak langsung ke sistem mesolimbik. Insulin meningkatkan pengambilan kembali dopamin di membran presinaptik, dan menekan perilaku yang dimotivasi oleh makanan. Dalam penelitian Dr. Lennerz, menemukan bahwa area otak yang aktif ketika mengkonsumsi makanan dengan kandungan gula tinggi mirip dengan orang yang mengkonsumsi zat adiktit seperti heroin dan kokain.

Dari fakta tersebut, disimpulkan bahwa makanan yang mengandung indeks glikemik rendah lebih mengenyangkan karena makan nasi justru memicu rasa ketagihan dan rasa lapar sehingga anekdot "orang belum kenyang kalau belum makan nasi" terbantahkan. Banyak hasil penelitian yang menyerukan kesimpulan serupa bahwa makanan indeks glikemik rendah menghasilkan pembuangan glukosa yang lambat dan berkepanjangan setelah makan, menghasilkan rasa kenyang yang lebih besar dibandingkan makanan dengan respons glikemik dan insulin yang tinggi sebaliknya konsumsi karbohidrat indeks glikemik tinggi yang cepat dicerna juga meningkatkan rasa kenyang namun dalam jangka pendek

Sumber: kompas.com/
Sumber: kompas.com/
Banyak bahan makanan dengan indeks glikemik yang rendah bahan makanan yang kaya akan protein contohnya. Selain itu, bahan pangan kandungan karbohidrat dengan indeks glikemik rendah seperti sorgum; jewawut; sayur (kol, pakcoy, selada, bayam), buah, kacang-kacangan. Namun, untuk mengubah kebiasaan konsumsi masyarakat perlu usaha yang lebih keras karena beras dan nasi sebagai makanan pokok saat ini tidak hanya sekedar makanan namun telah meresap menjadi budaya Indonesia dan ketika suatu bahan makanan telah menjadi budaya, bahan tersebut dapat mencerminkan nilai dan keyakinan berbagai komunitas dan semuanya merupakan bagian penting dari warisan budaya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun