Mohon tunggu...
VauG
VauG Mohon Tunggu... penulis

" ...Menulis merupakan salah satu kesempatan berbagi hal baik (berupa inspirasi, pengalaman, dan pengetahuan) kepada banyak orang dalam jangkauan ruang lintas waktu yang jauh ke depan. Salam Olah Kata & Pikiran...Terus mem-Baca, me- Nelaah & me-Nulis..."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Qing Ming Jie (Chin Min) Bangka - Festival Sembahyang Kubur

26 Maret 2016   21:50 Diperbarui: 4 April 2017   17:07 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musim semi yang menandai berakhirnya musim dingin, selain aktivitas bercocok tanam yang muncul, satu kegiatan menarik yaitu pergi ke pasar. Zaman dahulu, di pasar menjadi aktivitas utama untuk bertukar barang, menjual hasil karya, dan membeli barang kebutuhan.

Makam orang Tionghoa, kebanyakan dibuat menurut perhitungan fengshui. Fengshui (風水) berarti Angin ( Feng -風 ) dan Air (Shui -水). Untuk menetapkan tempat dan letaknya makam memerlukan bantuan seorang ahli fengshui. Sering kali, tempat pemakaman dipilih di suatu bukit yang terletak cukup jauh. Hal inilah yang mengakibatkan pada zaman dahulu di Tiongkok , tempat pemakaman banyak tersebar dimana-mana.

Namun saat ini, tempat pemakaman umum telah ditentukan. Sehingga menjadi cukup sulit untuk menentukan arah dan tempat yang ditentukan oleh ahli fengshui. Orang hanya dapat memilih arah sesuai dengan desain pemakaman umum yang telah ada. Memperbaiki atau membongkar makam untuk diperbesar dan diperindah pun memerlukan bantuan petunjuk dari ahli fengshui. Perhitungan yang dilakukan berkaitan dengan harmonisasi dan kesejahteraan anggota keluarga yang telah ditinggalkan.

Membersihkan makam para leluhur juga mencegah rusaknya makam karena  akar-akar tanaman liar dan hewan-hewan yang dapat bersarang. Makam leluhur yang terjaga, mengkondisikan fengshui yang baik.

 

Kisah-kisah berkaitan Festival Qing Ming

Kertas kuning di atas Nisan Makam

Makam yang telah dikunjungi diletakkan kertas kuning di atas batu nisan ( Bong Pai). Menurut cerita, kebiasaan ini dimulai oleh Kaisar Zhu Yuan Zhang dari Dinasti Ming (1368-1644 M). Kaisar berasal dari keluarga yang sangat miskin. Sehingga untuk mendidik dan membesarkan Zhu Yuan Zhang, orang tuanya menitipkan ke Kuil. Setelah dewasa, Zhu Yuan Zhang bergabung dengan kelompok pemberontakan terhadap dinasti yang tengah berkuasa yakni Dinasti Yuan (Mongol). Akhirnya ia berhasil menjadi Kaisar. Ia berkeinginan untuk mengunjungi kedua orang tuanya. Namun ternyata kedua orang tuanya telah meninggal dunia. Tidak diketahui lagi dimana letak makam orang tua Sang Kaisar.

Kaisar mengeluarkan perintah agar rakyat  mengunjungi dan membersihkan makam leluhurnya. Setelah dibersihkan menaruh kertas kuning di atas batu nisan sebagai tanda telah dikunjungi. Makam yang tidak dibersihkan dan tidak ada kertas kuning itulah yang menjadi makam keluarga Sang Kaisar. Menaruh kertas kuning di atas nisan setelah dikunjungi, menjadi tradisi di masa mendatang.

 

Han Shi Jie – Festival Makanan Dingin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun