Rafa menoleh. "Siapa?"
"Diriku sendiri," jawab Zyra sambil tersenyum kecil.
Rafa mengernyit.
Zyra tertawa pelan. "Dulu aku pernah pura-pura bahagia terus-terusan. Sampai akhirnya aku lupa kalau aku sebenarnya lagi pura-pura. Kutipan dari idolaku."
Rafa mengangguk pelan. "Kamu masih suka pura-pura?"
Zyra menoleh, menatap hujan yang jatuh deras. "Kadang. Tapi sekarang aku lebih sering beneran bahagia. Karena aku mulai ngerasa... ada alasan buat itu."
Rafa diam. Tapi kali ini... dia tersenyum sedikit.
Zyra ikut tersenyum, lalu berdiri. "Aku ke kelas duluan ya. Nanti kalau kamu udah bisa beneran bahagia, kasih tahu aku."
Saat Zyra melangkah pergi, Rafa menunduk, menatap telapak tangannya yang gemetar. Wajahnya berubah. Ekspresinya gelap.
"Aku gak berhak buat bahagia." batinnya.
Dan saat itu... sebuah bayangan melintas di balik rak buku, tanpa suara.