Semenjak percakapan di atap, cowok itu terlihat makin sering menatap kosong ke luar jendela, seolah sedang menunggu sesuatu... atau seseorang.
Saat jam istirahat, Zyra memberanikan diri mendekati Rafa yang sedang duduk sendirian di pojok perpustakaan.
"Boleh duduk di sini?" tanya Zyra pelan.
Rafa menoleh, lalu mengangguk singkat. Zyra duduk, menatap buku yang terbuka di depannya. Judulnya Psychology of Grief.
"Kamu suka baca buku tentang kesedihan?" tanya Zyra hati-hati.
Rafa diam sejenak, lalu menjawab, "Aku cuma... pengen ngerti."
"Ngerti apa?"
Rafa menutup bukunya perlahan. Ia menatap ke arah jendela.
"Apa rasanya kehilangan orang yang nggak akan pernah balik."
Zyra menatapnya dalam-dalam. Ada dinding di balik tatapan Rafa, tapi kini mulai terlihat retak-retaknya.
"Aku juga pernah kehilangan," ucap Zyra pelan.